Langsung ke konten utama

Postingan

Ada Bahaya Tersembunyi Tiap Kali Bocah Memainkan MOBA Mobile

"Dasar bego Lu, bisa main gak sih?" "You FUCKING NOOB!!!!" "IDIOT" "putang ina mo" Ayo mengaku saja kalian pasti mengatakan apa yang saya ketik di atas ketika kalah dalam sebuah match MOBA apapun itu. Entah Dota, LoL atau versi mobile-nya. Ya!! Dunia Moba tidak mudah akan selalu ada flaming & blaming dalam satu tim yang kalah apalagi, kalau kalah memalukan atau di-comeback musuh. Tapi pernah terpikirkan gak, sebenarnya siapa yang kita selalu marah-marahin setiap kita kalah secara menyakitkan? Tapi kembali ke judul diatas, ada apa dibalik makian setiap player?

Beralihnya MOBA PC ke Mobile

Game MOBA, apa yang terlintas di pikiran saat mendengar namanya? Bagi kebanyakan gamer MOBA identik dengan game Dota ataupun LoL (League of Legend) tapi pemikiran seperti itu hanya berlaku bagi mereka yang masih atau pernah bermain game di PC. Mengapa demikian? Jawaban tidak lain karena, ekspansi besar-besaran pasar game mobile android/apple. Memang tidak terlintas pada awalnya bagaimana game MOBA yang kalkulasinya rumit dipasang di perangkat mobile. MOBA PC Dota 2, source:valve

Undang-Undang Karet yang Bernama Penistaan Agama

Tulisan ini bukanlah hanya berisi opini pribadi namun, adalah kajian dari tulisan dan esai jurnalistik yang bisa dipertanggung jawabkan kebenaran sumbernya Maraknya berita-berita soal isu agama yang dibawa ke ruang politik dan publik yang sering terjadi belakangan ini, membuat Indonesia gempar. Puncaknya adalah kasus penodaan agama yang dituduhkan pada Basuki Thayaja Purnama alias Ahok tertanggal 27 September 2016 pada saat berpidato di pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Kampanye RASISME: Cara Instant Mendapatkan Kekuasaan

Tanggal 19/04 2017 mungkin menjadi lembaran baru bagi ibukota Indonesia, Jakarta. Pemilihan kepala daerah (pilkada) gubernur-wakil gubernur telah usai. Dan telah kita ketahui dari hasil quick count dari lembaga-lembaga survey dimenangkan oleh pasangan no urut 3, Anies-Sandi. Sebelum tulisan ini dipostkan, saya telah menuliskan apa yang bisa terjadi setelah gelaran pilkada DKI disini . Pertama, saya percaya di pilkada kali ini rakyat Indonesia akan belajar satu hal dari pilkada DKI tahun ini. Memang setiap gelaran pilkada DKI, selalu ada saja hikmat yang bisa diambil untuk Indonesia. Di tahun 2017 pilkada DKI memang telah memberi pelajaran berharga bagi Indonesia. Sayangnya kali pelajaran yang kita dapat adalah amat pahit. Sungguh amat pahit bahkan, ini akan dicatat di sejarah Indonesia bahwa, rasisme itu masih ada di Indonesia lebih parahnya, begitu mudahnya banyak orang terpancing oleh kampanye rasis.

Anies Dikenang Karena Keislamannya, Ahok Dikenang Karena Kinerjanya

Ada sebuah peribahasa "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang". Harus saya akui pilkada DKI 2017 adalah pilkada yang paling menguras emosi bangsa. Karena tidak hanya membuat rakyat Jakarta yang dibuah gaduh namun, seisi Indonesia pun ikut berkomentar. Bahkan di salah kota Jawa Timur ada baliho untuk salah satu dukungan calon (entah bagaimana kota-kota lain di Indonesia). Bahkan pilkada DKI bagi saya adalah pemilu yang penuh dengan isu SARA karena Pak Basuki/AHOK, adalah etnis tionghoa yang kembali maju memimpin Jakarta. Suatu kebetulan atau takdir nasib jakarta ditentukan hanya dari isu SARA yang berhembus kencang. Kini tinggal hitungan hari sejak tulisan ini dipublikasikan namun, izinkan saya memberi pandangan kedepan. Meski saya bukan warga Jakarta dan tidak memiliki hak suara tetapi, saya merasa perlu untuk berbicara soal pemilu di Jakarta.