Langsung ke konten utama

Anies Dikenang Karena Keislamannya, Ahok Dikenang Karena Kinerjanya


Ada sebuah peribahasa "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang". Harus saya akui pilkada DKI 2017 adalah pilkada yang paling menguras emosi bangsa. Karena tidak hanya membuat rakyat Jakarta yang dibuah gaduh namun, seisi Indonesia pun ikut berkomentar. Bahkan di salah kota Jawa Timur ada baliho untuk salah satu dukungan calon (entah bagaimana kota-kota lain di Indonesia). Bahkan pilkada DKI bagi saya adalah pemilu yang penuh dengan isu SARA karena Pak Basuki/AHOK, adalah etnis tionghoa yang kembali maju memimpin Jakarta. Suatu kebetulan atau takdir nasib jakarta ditentukan hanya dari isu SARA yang berhembus kencang.
Kini tinggal hitungan hari sejak tulisan ini dipublikasikan namun, izinkan saya memberi pandangan kedepan. Meski saya bukan warga Jakarta dan tidak memiliki hak suara tetapi, saya merasa perlu untuk berbicara soal pemilu di Jakarta.


Seperti pepatah diatas siapapun yang akan menang dalam pilkada DKI, namanya akan dicatat dalam sejarah Indonesia, tinggal cara mencatat sejarah tersebut. Dalam debat DKI dan masa kampanye saya sebenarnya lebih menyukai program Basuki-Djarot dibanding Anies-Sandi. Tidak hanya 1-2 program saja pasangan no 2 tersebut unggul, hampir semua program yang mereka buat lebih Unggul dibanding paslon no 3. Faktor lain adalah pengalaman ketika, memimpin di kota sebesar/seliar Jakarta dibutuhkan pemimpin yang tegas, berani dan jujur. Apakah Anies-Sandi tidak termasuk kriteria tersebut? Saya harus mengatakan "BELUM", mengapa? Karena riwayat/historis mereka. Anies pernah menjadi sekali di birokrat sebagai Menteri Pendidikan kabinet kerja Jokowi namun, diberhentikan pada reshuffle pertama. Banyak publik bertanya-tanya saat itu (termasuk saya) padahal beliau berkerja tidak buruk-buruk amat. Sampai akhirnya saya mengetahui dua ketelodoran beliau selama menjadi menteri. Keteledoran pertama ialah, pameran pendidikan di Frankurt, Jerman. Saat itu Anies beserta delegasi pergi ke pameran pendidikan Jerman dan menghabiskan dana lebih dari 140 Milliar. Serius? untuk sebuah pameran pendidikan? Dengan dana segitu besar, nasib pendidikan kita jauh lebih layak mendapat dana sebesar itu seperti, membangun sekolah, meningkatkan kualitas guru, membantu murid-murid kekurangan biaya atau memperbaiki kurikulum pendidikan. Keteledoran kedua adalah pemborosan anggaran dana Kementerian dan Kebudayaan hingga 20 Trilliun. Ingat kata boros itu berarti dana yang dipergunakan tidak tepat sasaran dan membuang uang. Anies boleh saja bilang ia mampu menyerap anggaran lebih hebat dibanding "toko sebelah" tapi, dia tidak tau cara mempergunakan uang. Faktor lain adalah masalah intergritas Anies. Sebelum menjadi calon Gubernur, Anies dulu dikenal berintergritas. Ia pernah menjadi tim sukses Jokowi-JK di pilpres 2014, ia begitu getol bahwa ia anti-prabowo, anti-organisasi/kelompok islam radikal, dan anti-anti yang jelek. Tapi semuanya berubah sejak beliau maju sebagai calon gubernur DKI, ia merapat ke Prabowo, ormas islam radikal dan semua yang bilang "jelek" di tahun 2014 lalu. Semudah itukah sebuah Anies menjilat ludahnya sendiri untuk mengincar kursi gubernur padahal beliau seorang akademisi bergelar Ph.D. Apakah beliau pura-pura bodoh bahwa pencalonannya hanya digunakan sebagai kendaraan politik prabowo untuk bertarung di pemilu 2019. Jadi, berdasarkan dua faktor besar tadi, ini ketakutan yang bisa saja terjadi bila Anies-Sandi menang. Pertama, beliau mungkin bisa menyerap anggaran APBD 100% tapi, jangan harap dipergunakan secara tepat 100%. Kemungkinan lain adalah pengeluaran anggaran yang tidak bisa dijaga/dikontrol bisa dikorupsi, disalahgunakan untuk kepentingan pribadi karena, sudah bukan rahasia umum kalau ibukota tersebut adalah sarang para ikan-ikan kakap. Hal lain yang bisa terjadi bila Anies menang adalah janjinya tidak/sulit ditepati karena, program-programnya di luar nalar (bahkan diantaranya melawan hukum seperti rumah DP 0, dan reklamasi). Harap diingat baik-baik jika, seorang pemimpin gagal menepati janji politik dengan ribuan alasan, kita sebagai rakyat tidak bisa membawa ke ranah hukum, itulah yang biasa disebut "white crime" sebuah kejahatan politik bagi masnyarakat. Bila boleh jujur, Anies-Sandi  sebenarnya hanya tinggal mengerjakan apa yang sudah dikerjakan Ahok untuk Jakarta. Tidak perlu repot-repot untuk mengurus banjir, birokrasi, pembangunan layanan transportasi massal, lahan hijau terbuka, tranparasi APBD. Menjadi gubernur DKI sekarang tugasnya gampang-gampang. Tapi Anies-Sandi harus ingat, itu bukan hasil kerja kalian. Itu hasil kerja Ahok selama 3 tahun.


Kemudian jika Anies mempunyai rekam jejak sejelek demikian, mengapa ia bisa mendapat suara dukungan sangat banyak. Jawabannya sudah kalian tahu (baik pendukung maupun tidak) yaitu, isu SARA.  Berdasarkan lembaga-lembaga survei kinerja Ahok begitu tinggi hingga angka kepuasaan mencapai 70% (43 dari 70). Sebenarnya Ahok tidak terkena kasus kriminal(isasi) penodaan agama pun, ia tetap "ditolak" karena agama.. Buktinya 27% suara dari masnyarakat Jakarta yang puas tidak memilih dia karena SARA. Ya begitulah, akhirnya pemilih dibutakan oleh SARA dan tidak memilih berdasarkan rekam jejak dan prestasi seseorang. Saya tetap menghargai rakyat Jakarta yang menggunakan hak pilih bahkan, mereka yang memilih karena faktor isu SARA. Tapi kalian harus ingat sejarah Indonesia akan mencatat bahwa Anies akan dikenang karena Keislamannya, dan Ahok akan dikenang karena kinerjanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Right Ones not The Best One

Apa yang membuat seorang pemimpin sukses di perusahaan/organisasi tempat ia berada? Karisma, Leadership, Visi? Tentu tapi, pemimpin yang baik juga mampu mengolah potensi setiap anggotanya. The Right Ones not The Best One, itu adalah kata-kata yang saya dengar pertama kali dalam film Miracle. Sebuah film yang mengisahkan perjuangan timnas hoki AS 1980 yang beranggotakan sekelompok mahasiswa dan memenangkan medali emas di olimpiade musim dingin. Namun saya tidak akan membicarakan film tersebut. Apa yang dibahas adalah bagaimana seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk menggali setiap potensi anggotanya. Pengalaman ini saya dapatkan ketika menjadi kepala suatu departemen dalam Unit Kegiatan Mahasiswa di Universitas. Satu momen yang begitu krusial ketika menjalankan bagian organisasi tersebut adalah momen pemilihan anggota/seleksi. Layaknya tahapan seleksi kerja, ada proses interview. Pada proses ini saya menggali tiap kepribadian tiap-tiap aplikan yang sesuai dengan ...

Pemenang dan Pecundang di Bisnis TI (bagian 2-selesai)

Sebelumnya saya membahas para pemenang bisnis TI, Amazon, Google, Samsung, Apple, dan Cisco. Mereka berhasil memenangkan persaingan saat ini karena inovasi tiada henti dari mereka. Pasti beberapa diatara pembaca sekalian bertanya. Kenapa tidak ada nama seperti Facebook, Microsoft, eBay. Berikut adalah jawabannya. Facebook jejaring sosial ini meskipun mempunyai pengguna mencapai 1 miliar dan bernilai miliaran dolar. Facebook sangat rentan jatuh. Penyebabnya? Facebook masih belum memiliki model bisnis yang berkelanjutan dan minim inovasi. Microsoft  entah karena telah Bill Gates, Microsoft berulang kali mengeluarkan keputusan yang tidak meyakinkan. Windows 8 boleh dibilang salah satu contohnya. Windows 8 yang mengusung dua versi tidak hanya membingungkan calon konsumen namun juga mempertanyakan eksistensi Microsoft di peran Sistem Operasi masa depan. Keputusan lainnya adalah menjawab layanan cloud dan ancaman produk office lain. Ebay dibandingkan Amazon, ebay mengalami masalah ...

Apple iOS (Mulai) Membosankan

Sistem Operasi Smartphone iOS milik Apple kini mulai dikritik para penggunanya. Sistem yang sudah bertahan hingga seri ke-6 dan selalu diklaim Apple sebagai OS tercanggih, sebaiknya mulai mempertimbangkan konsumen dan analis yang sudah bosan dengan sistem operasi tersebut. Umumnya konsumen dan analis mempunyai beberapa jawaban yang sama yang mengarah pada kejenuhan iOS. Kejenuhan yang dialami konsumen dan faktor mulai membosankannya sistem ini antara lain 1. Ditinggal Steve Jobs Bukan faktor utama namun, wafatnya steve jobs berpengaruh pada visi Apple pada pengembangan iOS. Tim Cooks penggantinya bukanlah orang tidak buruk namun, ia mempunyai visi yang berbeda dari Jobs. Semasa Jobs memimpin Apple, ia memposisikan iOS sebagai pionir smartphone. Jobs mampu membuat konsumen seakan "berlari-lari" mengejar iOS dan iPhone. Oleh karena itu pengguna iPhone sangat fanatik tidak peduli dengan kehadiran smartphone lainnya. Tim Cooks penggantinya, sepertinya tidak mewarisi ke...