Langsung ke konten utama

Beralihnya MOBA PC ke Mobile

Game MOBA, apa yang terlintas di pikiran saat mendengar namanya? Bagi kebanyakan gamer MOBA identik dengan game Dota ataupun LoL (League of Legend) tapi pemikiran seperti itu hanya berlaku bagi mereka yang masih atau pernah bermain game di PC. Mengapa demikian? Jawaban tidak lain karena, ekspansi besar-besaran pasar game mobile android/apple. Memang tidak terlintas pada awalnya bagaimana game MOBA yang kalkulasinya rumit dipasang di perangkat mobile.
MOBA PC Dota 2, source:valve



Jujur saja ketika saya mendengar ide mobile Moba rasanya ingin tertawa. Karena pasti ada elemen-elemen yang dihilangkan agar bisa dipasangkan di perangkat mobile. Tapi ada faktor lain yang tidak saya perhitungkan saat itu. Faktor seperti monopoli Moba konvesional yang berakhir dengan kejenuhan pemainnya, aktivitas manusia zaman now yang terus bergerak sehingga tidak memiliki waktu untuk bermain PC di rumah dan pemain-pemain baru yang ingin menjajal Moba yang simple. Ketiga faktor tersebut dalam sudut pandang pribadi adalah faktor terbesar yang mengakitbatkan ekspansi besar-besaran game mobile Moba.



Kejenuhan akan Moba PC konvensional misalnya, selama ini Moba PC selalu berpusar pada Dota2 dan League of Legend. Kedua game Moba tersebut sangat kuat komunitasnya sehingga tidak memungkinkan lagi pesaing baru di level mereka. Tapi layaknya gunung es, komunitas Moba PC bisa dibilang sangat toxic terutama mereka yang berada di level bawah. Ke egoisan bermain terkadang menjurumuskan permainan Moba menjadi tidak friendly, unenjoyable, dan uncomfortable saat saya memainkannya (jujur saja, saya juga bukan pemain yang jago kok). Akibatnya sebagian dari pemain toxic ini mungkin sudah bosan dengan progress bermainnya sehingga mencari game Moba lebih mudah dan mobile Moba bagi mereka adalah solusinya. Bahkan sebagian lari ke game royal battle FPS/3rd person, PUBg yang sensasional tahun kemarin.

game Moba di perangkat mobile, source:noonews.ru


Faktor besar lain yaitu aktivitas pemain Moba PC sendiri atau dengan kata lain waktu bermain. Di zaman now, waktu bermain Moba seperti Dota atau LoL saat ini susah didapatkan. Yang paling munkin adalah sesudah pulang kerja tapi, itupun badan sudah lelah jika tidak di-istirahatkan dahulu ataupun saat weekend itupun tidak ada aktivitas keluar rumah. Namun, game mobile mampu menutupi kekurangan hal tersebut. Pemain tidak perlu resah karena ia bisa memainkan dimana saja. Hal tidak kalah penting lainnya adalah waktu bermain. Dengan segala aktivitas diluar rumah, waktu bermain Moba mobile pun sebenarnya terbatas makanya, semua Moba mobile waktu bermainnya lebih singkat dibanding versi PC. Sebagai perbandingan waktu bermain Dota paling cepat 25-30 menit (10 pemain tanpa gangguan koneksi) sedangkan, genre mobile memakan waktu maksimal hanya 10-15 menit. Waktu sesingkat ini tentu saja bisa dimanfaatkan ketika istirahat kerja, di perjalanan, menunggu bis atau sekadar melepas penat saat nongkrong bareng. Sesuatu yang tidak bisa dapatkan dengan mudah di PC bukan?

Bisa dibawa keman-mana, source:imgrum/gavenaAOVindonesia

Faktor terbesar terakhir adalah komunitas itu gama Moba itu sendiri. Game Moba PC seperti Dota dan LoL mempunyai jutaan pemain aktif di dunia bahkan beberapa diantara mereka adalah pemain profesional. Tetapi ada resiko dari komunitas dalam jumlah besar seperti, toxic player, retard player dan hal-hal buruk lainnya. Akibatnya pemain-pemain yang merasa dirinya stuck, mulai mengurangi jam bermain di PC dan mencoba sesuatu yang baru di perangkat mobile. Sedangkan pemain-pemain fresh juga terpengaruh dari eksodus PC sehingga tidak melirik Moba PC.
salah satu jenis toxic player



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Keluarga Mahasiswa Katolik St Algonz Universitas Airlangga (bagian 1)

Keluarga Mahasiswa Katolik atau KMK St Algonz bisa dibilang merupakan rumah kedua bagi pribadiku. Banyak kenangan yang sulit dilupakan, baik itu suka dan duka. Namun sesuatu yang terpenting dari semuanya, mereka selalu ada untukmu, itulah makna sebenarnya keluarga. Bagaimana aku berkenalan dengan KMK? Layaknya mahasiswa baru yang diperkenalkan universitas, aku tidak mengira bahwa perkenalan dengan KMK dimulai ketika selesai registrasi. Awalnya aku tidak begitu tertarik tentang pembicaraan KMK. Apa dipikirkan saat itu, UA (Universitas Airlangga) pasti mempunyai wadah untuk kebutuhan mahasiswa katolik dan ingin segera kembali ke rumah. Sebelum kembali pulang, kakak KMK saat itu memberikan sebuah selembar tulisan yang tidak kubaca selama perjalanan pulang dan baru dibaca ketika sampai dirumah. Apa yang tertulis diselembar kertas tersebut cukup mengejutkan karena, menceritakan perjuangan mahasiswa gerakan reformasi, Bimo Petrus . Bacaan tersebut sungguh menggugah hati sebab, ia ada...

Undang-Undang Karet yang Bernama Penistaan Agama

Tulisan ini bukanlah hanya berisi opini pribadi namun, adalah kajian dari tulisan dan esai jurnalistik yang bisa dipertanggung jawabkan kebenaran sumbernya Maraknya berita-berita soal isu agama yang dibawa ke ruang politik dan publik yang sering terjadi belakangan ini, membuat Indonesia gempar. Puncaknya adalah kasus penodaan agama yang dituduhkan pada Basuki Thayaja Purnama alias Ahok tertanggal 27 September 2016 pada saat berpidato di pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Swiss Guard (bagian 2)

Sebelumnya di bagian 1. Saya menceritakan latar terbentuknya Garda Swiss Sri Paus. Kini mari bicarakan keadaan Garda Swiss terkini. Setelah Garda Swiss ditetapkan menjadi pasukan penjaga pribadi Sri Paus Julius II. Garda Swiss Kepausan ditarik dari medan perang dan fokus menjaga keselamatan Sri Paus. Uniknya Paus Julis II juga hanya meminta 200 pasukan. Namun, pada saat reformasi gereja oleh Martin Luther, posisi swiss guard semakin dikukuhkan sebagai penjaga kesucian gereja. Kini Garda Swiss hanya beroperasi di sekitar area lapangan St. Petrus, St. Basillika dan Sistine Chapel bukan, seluruh wilayah Vatikan. Satu-satunya perang yang dialami Garda Swiss adalah peristiwa pengempungan Roma oleh Kekaisaran Romawi Suci tanggal 6 Mei 1527. Meskipun Garda Swiss kalah telak karena kalah jumlah pasukan, mereka masih bisa menyelamatkan nyawa Paus Clement VII dan sejak peristiwa itu Garda Swiss mulai merekrut pasukan baru dan diambil sumpahnya pada tanggal 6 Mei. Untuk menjadi salah ...