Langsung ke konten utama

Whatapps Bikin Kebijakan Baru, Privasi Terancam?

(Foto: Carl Court/Getty Images)

Baru-baru ini whatapp (WA), aplikasi chat message memberikan pengumuman kepada penggunanya. Isi dari pengumuman kurang lebih seperti ini : Data whatapp (chatting, foto, video, kontak) akan dijadikan satu dengan data penyimpanan di facebook) jika pengguna tidak bersedia dengan kebijakan, dipersilahkan untuk keluar & tidak bisa menggunakan whatapps. Whatappsmemberi tenggat waktu hingga 8 Februari 2021.

Sontak netizen indonesia menyuarakan pendapat mereka. Kebanyakan dari mereka mempertanyakan keputusan whatapp yang dianggap bisa membocorkan atau sekadar mengintip privasi seseorang. Sehingga beberapa dari pelanggan whatapp mulai menginstall aplikasi chat lain seperti "telegram" (beberapa kontak saya pun join telegram).

Jika diantara kamu yang baru tahu kebijakan whatapp dan masih bimbang apakah harus keluar dari whatapps. Mungkin opini ini bisa membantumu memutuskan nasib whatapps di smartphone-mu, stay or out?

Jangan Paranoid

Ya wajar kalau kamu membaca sekilas pemberitahuan whatapps membuat kita takut akan terganggunya privasi masing-masing. Tapi coba kamu tenangkan diri sejenak dan tahan emosimu, lalu tanyakan pada diri sendiri "Hal pribadi apa yang kamu ingin rahasiakan di whatapp?"

Jika facebook (selaku pemegang WA) mengetahui rahasiamu, apakah facebook akan membocorkan data pentingmu? Hal seperti itu sangat tidak mungkin terjadi, mengapa? Karena facebook bukanlah perusahaan bodoh, facebook punya pengalaman dan belajar tentang melindungi data pribadi penggunanya. 

Anggaplah kamu pernah chatting dengan "simpanan", apakah lantas facebook akan membocorkan rahasia kotor tersebut? 

Merasa khawatir akan privasi boleh-boleh saja tapi, jangan terlalu PARNO. Facebook dan WA tidak akan mudahnya mengumbar informasi pribadi seseorang.

Kebijakan WA adalah hal lumrah (Google)

Pakar keamanan internet dari Vaksincom, Alfons Tanujaya memberikan pendapatnya. Menurutnya apa yang dilakukan WhatsApp tidak termasuk tindakan yang kelewat batas, apalagi bila dibandingkan dengan platform lain.

Bila ditelisik dalam, kebijakan facebook dan WA sebenarnya hanya meniru perusahaan besar lain contohnya, GOOGLE. Ya Google perusahaan raksasa sudah melakukan hal ini jauh sebelum facebook.

Jika kamu pengguna smartphone android, google mungkin sudah mengumpulkan informasi pribadi-mu, tanpa kamu sadari. Mari ambil contoh seperti ini, kamu ingin membeli laptop baru. Lalu kamu mencari di mesin pencarian google. Secara otomasi google akan memunculkan hasil pencarian "terdekat" menurut lokasi-mu saat itu.

Bila kamu memeriksa lebih detail, google hanya menampilkan hasil pencarian dari situs berbahasa indonesia. Situs-situs toko online bukalapak, lazada, bukalapak, shopee yang dimunculkan namun, situs besar seperti amazon dan alibaba tidak akan ditampilkan (secara default). Ini wajar karena, google telah mengetahui alamat IP smartphone android milikmu sehingga, google hanya menampilkan hasil dari indonesia saja.

Tidak sampai disitu saja, ketika kamu menjelajah youtube setelah mencari informasi barang. Besar kemungkinan iklan yang akan muncul adalah iklan produk laptop. Seolah-olah youtube mengetahui keinginanmu mencari laptop baru. Apakah google berkonspirasi dengan youtube?

Google dan youtube sebenarnya mempunyai database "satu atap" karena alasan simple, youtube dimiliki Google, dan keduanya saling bertukar data. Jangan lupa google juga memegang database alamat email @gmail.com untuk mendapat informasi yang sekiranya berguna untuk bisnis kedepan. 

Apa yang akan dilakukan facebook dan WA kurang lebih seperti Google. Jadi mengapa mengapa masih takut?

Masih Tidak Suka? Keluar saja!

Kalau dipikir kembali, keinginan netizen indonesia terhadap WA tergolong banyak maunya. Whatapps sudah bertahun-tahun memberikan layanan chat gratis dan universal. Namun netizen masih saja merengek kepada pihak whatapps. Setelah memberikan pelayanan gratis, wajar jika pihak whatapps menuntut imbal balik.

Masih tidak suka? Keluar saja! Whatapps tidak memaksa semua penggunanya mengikuti aturannya. Jika ada penggunanya tidak menyetujui hingga batas waktu ditentukan WA mempersilahkan untuk keluar dan beralih ke platform chatting lain (opt-out). Lagian pihak facebook dan WA tentu mengetahui akan ada 'user' tidak setuju dan keluar.

Jadi tidak perlu merasa takut, menyatukan database Whatapps dan Facebook (induk perusahaan) adalah hal wajar dan sudah dilakukan banyak perusahaan teknologi besar. Tapi jika kamu merasa whatapps dan facebook melanggar privasimu, kamu pindah saja ke platform chat app (telegram, line, wechat, dll). Toh whatapps tidak memaksa penggunanya mengikuti aturannya. Bagi yang tidak suka keluar saja.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Keluarga Mahasiswa Katolik St Algonz Universitas Airlangga (bagian 1)

Keluarga Mahasiswa Katolik atau KMK St Algonz bisa dibilang merupakan rumah kedua bagi pribadiku. Banyak kenangan yang sulit dilupakan, baik itu suka dan duka. Namun sesuatu yang terpenting dari semuanya, mereka selalu ada untukmu, itulah makna sebenarnya keluarga. Bagaimana aku berkenalan dengan KMK? Layaknya mahasiswa baru yang diperkenalkan universitas, aku tidak mengira bahwa perkenalan dengan KMK dimulai ketika selesai registrasi. Awalnya aku tidak begitu tertarik tentang pembicaraan KMK. Apa dipikirkan saat itu, UA (Universitas Airlangga) pasti mempunyai wadah untuk kebutuhan mahasiswa katolik dan ingin segera kembali ke rumah. Sebelum kembali pulang, kakak KMK saat itu memberikan sebuah selembar tulisan yang tidak kubaca selama perjalanan pulang dan baru dibaca ketika sampai dirumah. Apa yang tertulis diselembar kertas tersebut cukup mengejutkan karena, menceritakan perjuangan mahasiswa gerakan reformasi, Bimo Petrus . Bacaan tersebut sungguh menggugah hati sebab, ia ada...

Undang-Undang Karet yang Bernama Penistaan Agama

Tulisan ini bukanlah hanya berisi opini pribadi namun, adalah kajian dari tulisan dan esai jurnalistik yang bisa dipertanggung jawabkan kebenaran sumbernya Maraknya berita-berita soal isu agama yang dibawa ke ruang politik dan publik yang sering terjadi belakangan ini, membuat Indonesia gempar. Puncaknya adalah kasus penodaan agama yang dituduhkan pada Basuki Thayaja Purnama alias Ahok tertanggal 27 September 2016 pada saat berpidato di pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Swiss Guard (bagian 2)

Sebelumnya di bagian 1. Saya menceritakan latar terbentuknya Garda Swiss Sri Paus. Kini mari bicarakan keadaan Garda Swiss terkini. Setelah Garda Swiss ditetapkan menjadi pasukan penjaga pribadi Sri Paus Julius II. Garda Swiss Kepausan ditarik dari medan perang dan fokus menjaga keselamatan Sri Paus. Uniknya Paus Julis II juga hanya meminta 200 pasukan. Namun, pada saat reformasi gereja oleh Martin Luther, posisi swiss guard semakin dikukuhkan sebagai penjaga kesucian gereja. Kini Garda Swiss hanya beroperasi di sekitar area lapangan St. Petrus, St. Basillika dan Sistine Chapel bukan, seluruh wilayah Vatikan. Satu-satunya perang yang dialami Garda Swiss adalah peristiwa pengempungan Roma oleh Kekaisaran Romawi Suci tanggal 6 Mei 1527. Meskipun Garda Swiss kalah telak karena kalah jumlah pasukan, mereka masih bisa menyelamatkan nyawa Paus Clement VII dan sejak peristiwa itu Garda Swiss mulai merekrut pasukan baru dan diambil sumpahnya pada tanggal 6 Mei. Untuk menjadi salah ...