Langsung ke konten utama

Menuju Rumah di Kampung Halaman part 1

Hari raya lebaran memang bukan hanya untuk umat muslim di Indonesia. Hari raya lebaran juga menghampiri penganut kepercayaan lainnya. Bukan dalam bentuk acara keagamaan tetapi, dalam tradisi. Tradisi yang sudah dilakukan warga Indonesia sejak dahulu kala hingga sekarang yaitu mudik. Mudik di hari raya lebaran menjadi tradisi bagi setiap warga Indonesia. Baik itu umat islam maupun non-islam. Tidak tahu persis tradisi ini dimulai sejak kapan akan tetapi hal ini sudah terjadi sejak lama.

Asal bisa bertemu keluarga besar di kampung halaman ribuan orang di seluruh Indonesia melakukan perjalanan jauh minimal untuk saling menyapa antar keluarga. Bukan rahasia umum lagi ongkos bukan menjadi halangan bagi tradisi kolosal satu ini.

Dari tahun ke tahun jumlah pemudik selalu mengalami peningkatan (bahkan tidak menunjukan penurunan untuk beberapa kawasan). Mungkin penjualan kendaraan yang tiap tahun naik atau jasa angkutan yang memberikan tempat bangku kosong lebih banyak daripada tahun sebelumnya. Review dari tahun lalu disaat saya pulang-pergi kampung dari libur perkuliahan. Seperti saya duga jalan sangat macet sekali dan berpuncak di tempat-tempat peristirahatan (rumah makan, SPBU, dan lain sebagainya) pemudik. Jalan-jalan yang medannya sulit seperti hutan dan gunung juga sumber kemacetan saat mudik-balik. Akibatnya banyak mobil (termasuk rombongan saya) keluar dari jalur aspal untuk mempercepat perjalanan. Kenapa harus selalu begini? Banyak jalan arteri namun, disesaki hingga kebanyakan dari pengemudi memilih keluar jalur. Lalu kenapa setiap mendekati hari raya berita menyajikan berita soal pembangunan/perbaikan jalan. Seharusnya dapat dilaksanakan jauh hari sebelum mendekati hari raya.

Anyway untuk tahun ini saya agak beruntung. Berhasil mendapat tiket kepulangan tujuan madiun melalui jasa kereta api Indonesia. Pemesanan saya lakukan di hari H-35, banyak calon pemudik yang mengantri untuk mendapatkan tiket kereta api. Salut kepada PT.KAI sudah memberikan jasa pelayanan pemesanan karcis meski kurang sosialisasi  sehingga di loket pemesanan dibanjiri calon pemudik. Padahal banyak jasa pihak ketiga yang menyediakan pemesanan karcis untuk memudahkan konsumen. Terakhir kritik untuk PT KAI tentang harga tiket yang "dipukul rata". Mengapa harus dipukul rata apapun tujuannya karena bisnis dan eksekutif dihitung dari jauhnya tujuan. Mungkinkah hanya meraup untung sebanyak-banyak tanpa perbaikan sarana dan prasarana yang memuaskan konsumen semata?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Keluarga Mahasiswa Katolik St Algonz Universitas Airlangga (bagian 1)

Keluarga Mahasiswa Katolik atau KMK St Algonz bisa dibilang merupakan rumah kedua bagi pribadiku. Banyak kenangan yang sulit dilupakan, baik itu suka dan duka. Namun sesuatu yang terpenting dari semuanya, mereka selalu ada untukmu, itulah makna sebenarnya keluarga. Bagaimana aku berkenalan dengan KMK? Layaknya mahasiswa baru yang diperkenalkan universitas, aku tidak mengira bahwa perkenalan dengan KMK dimulai ketika selesai registrasi. Awalnya aku tidak begitu tertarik tentang pembicaraan KMK. Apa dipikirkan saat itu, UA (Universitas Airlangga) pasti mempunyai wadah untuk kebutuhan mahasiswa katolik dan ingin segera kembali ke rumah. Sebelum kembali pulang, kakak KMK saat itu memberikan sebuah selembar tulisan yang tidak kubaca selama perjalanan pulang dan baru dibaca ketika sampai dirumah. Apa yang tertulis diselembar kertas tersebut cukup mengejutkan karena, menceritakan perjuangan mahasiswa gerakan reformasi, Bimo Petrus . Bacaan tersebut sungguh menggugah hati sebab, ia ada...

Undang-Undang Karet yang Bernama Penistaan Agama

Tulisan ini bukanlah hanya berisi opini pribadi namun, adalah kajian dari tulisan dan esai jurnalistik yang bisa dipertanggung jawabkan kebenaran sumbernya Maraknya berita-berita soal isu agama yang dibawa ke ruang politik dan publik yang sering terjadi belakangan ini, membuat Indonesia gempar. Puncaknya adalah kasus penodaan agama yang dituduhkan pada Basuki Thayaja Purnama alias Ahok tertanggal 27 September 2016 pada saat berpidato di pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Swiss Guard (bagian 2)

Sebelumnya di bagian 1. Saya menceritakan latar terbentuknya Garda Swiss Sri Paus. Kini mari bicarakan keadaan Garda Swiss terkini. Setelah Garda Swiss ditetapkan menjadi pasukan penjaga pribadi Sri Paus Julius II. Garda Swiss Kepausan ditarik dari medan perang dan fokus menjaga keselamatan Sri Paus. Uniknya Paus Julis II juga hanya meminta 200 pasukan. Namun, pada saat reformasi gereja oleh Martin Luther, posisi swiss guard semakin dikukuhkan sebagai penjaga kesucian gereja. Kini Garda Swiss hanya beroperasi di sekitar area lapangan St. Petrus, St. Basillika dan Sistine Chapel bukan, seluruh wilayah Vatikan. Satu-satunya perang yang dialami Garda Swiss adalah peristiwa pengempungan Roma oleh Kekaisaran Romawi Suci tanggal 6 Mei 1527. Meskipun Garda Swiss kalah telak karena kalah jumlah pasukan, mereka masih bisa menyelamatkan nyawa Paus Clement VII dan sejak peristiwa itu Garda Swiss mulai merekrut pasukan baru dan diambil sumpahnya pada tanggal 6 Mei. Untuk menjadi salah ...