Langsung ke konten utama

PSSI diBan FIFA, Sedih Tidak, Bangga juga Tidak

Akhirnya PSSI di banned FIFA, Federasi Sepakbola Internasional itu merasa konflik pemerintah dan PSSI sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Keputusan Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrowi yang mengeluarkan SK pembekuan PSSI berbuntut panjang pada sepakbola nasional. Mulai berhentinya kompetisi, nasib pemain sepakbola di Indonesia baik pemain lokal ataupun asing.  Tentu sebagai pecinta bola di Indonesia, sangsi yang dijatuhkan FIFA adalah kenyataan pahit dan titik terendah dalam sejarah sepakbola Indonesia.

Berbicara kebobrokan PSSI terlebih dahulu saya akan sedikit membahas kolom koran Jawa Pos dari Djoko Susilo, Mantan Dubes Indonesia untuk Swiss. Beliau menjelaskan sejak era perserikatan/galatama berubah menjadi ranah profesional. tata kelola klub tidak menunjukan perbaikan, ambil contoh kasus NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Jika sebuah klub sepakbola dijalankan secara profesional dan dirikan di Indonesia tentunya memakai nama Perseroan Terbatas (PT) dan nama klub hanyalah branded PT tersebut. Kasus klub tanpa NPWP itu contoh nyata bahwa masih bobroknya tata kelola klub profesional. Menurut aturan main UU Indonesia, sebuah usaha PT yang mengeluarkan uang untuk menggaji orang harus memiliki NPWP. Sekarang bagaiana disebut profesional jika masalah ketaatan pajak saja sudah dilanggar?! Parahnya, klub-klub yang terkena kasus NPWP merasa keberatan. Mau diarahkan ke jalan benar ternyata masih ngeyel. Ironis, ketika macan asia seperti Jepang masih belajar berjalan mereka mencontoh kompetisi era perserikatan/galatama. Kini mereka malah berjalan didepan kita baik secara teknik pemain, kompetisi, dan timnas. Anehnya PSSI tidak pernah melakukan studi bersama JFA (Federasi Sepakbola Jepang).

Kemudian bagaimana pendapat pribadi saya? Bagi saya sangsi yang dijatuhkan FIFA adalah akumulasi dosa-dosa PSSI yang sudah ditanam, dirawat, dan dipupuk sejak rezim Nurdin Halid. Meski ketua PSSI sebelumnya Djohar Ariffin adalah seorang cukup kreditble tetapi, ia mendapat banyak gangguan dari antek-antek Nurdin Halid seperti La Nyalla (ketua PSSI sekarang), Nirwan Bakrie dan komplotannya. Akibatnya semakin tenggelam sepakbola Nasional. Pratek mafia seperti, korupsi, pengaturan skor, bahkan juara kompetisi begitu dipelihara dan dibiarkan. Kasus sepakbola gajah PSS vs PSiS karena tidak mau bertemu salah satu klub yang terindikasi sudah diatur menjadi juara kompetisi (dan ternyata kemudian memang menjadi juara). Kasus sepakbola gajah itupun berakhir dengan sanksi ringan. Masalah tahunan dan kronis seperti telat membayar gaji pemain dan staff pelatih adalah berita yang sering didengar pecinta sepakbola. Niat untuk memperbaiki pengelolaan keuangan klub masih setengah-setengah. PT. Liga dan PSSI adalah sosok krusial dibalik penyakit ini. Mereka tidak pernah menetapkan SOP bagaimana seharusnya saham klub dikelola, klausul kontrak. Belum cukup sanksi kepada klub yang menunggak gaji juga tergolong ringan.

Jadi bagaimana pendapat saya mengenai sanksi FIFA? Menurut saya sanksi FIFA itu hanya perkara soal waktu. Dengan bobroknya kondisi PSSI cepat ato lambat FIFA akan mengetahui, Menpora hanya sekadar mempercepat datangnya sanksi. Saya tidak mengatakan secara tidak langsung senang dan bangga terhadap sanksi FIFA toh, prestasi sepakbola kita sama sekali tidak mendunia bahkan untuk tingkat ASEAN kita kepayahan dan kini sejajar seperti Filipina dan Myanmar. Kalau ada olahraga yang dibanggakan untuk Indonesia adalah Bulutangkis dan Tinju Dunia. Sudah saatnya PSSI ini dibersihkan dari kebusukannya dan berharap PSSI dibangun dari awal lagi

We olny can do the best, but sometimes the best way to Start Over Again

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Keluarga Mahasiswa Katolik St Algonz Universitas Airlangga (bagian 1)

Keluarga Mahasiswa Katolik atau KMK St Algonz bisa dibilang merupakan rumah kedua bagi pribadiku. Banyak kenangan yang sulit dilupakan, baik itu suka dan duka. Namun sesuatu yang terpenting dari semuanya, mereka selalu ada untukmu, itulah makna sebenarnya keluarga. Bagaimana aku berkenalan dengan KMK? Layaknya mahasiswa baru yang diperkenalkan universitas, aku tidak mengira bahwa perkenalan dengan KMK dimulai ketika selesai registrasi. Awalnya aku tidak begitu tertarik tentang pembicaraan KMK. Apa dipikirkan saat itu, UA (Universitas Airlangga) pasti mempunyai wadah untuk kebutuhan mahasiswa katolik dan ingin segera kembali ke rumah. Sebelum kembali pulang, kakak KMK saat itu memberikan sebuah selembar tulisan yang tidak kubaca selama perjalanan pulang dan baru dibaca ketika sampai dirumah. Apa yang tertulis diselembar kertas tersebut cukup mengejutkan karena, menceritakan perjuangan mahasiswa gerakan reformasi, Bimo Petrus . Bacaan tersebut sungguh menggugah hati sebab, ia ada...

Undang-Undang Karet yang Bernama Penistaan Agama

Tulisan ini bukanlah hanya berisi opini pribadi namun, adalah kajian dari tulisan dan esai jurnalistik yang bisa dipertanggung jawabkan kebenaran sumbernya Maraknya berita-berita soal isu agama yang dibawa ke ruang politik dan publik yang sering terjadi belakangan ini, membuat Indonesia gempar. Puncaknya adalah kasus penodaan agama yang dituduhkan pada Basuki Thayaja Purnama alias Ahok tertanggal 27 September 2016 pada saat berpidato di pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Swiss Guard (bagian 2)

Sebelumnya di bagian 1. Saya menceritakan latar terbentuknya Garda Swiss Sri Paus. Kini mari bicarakan keadaan Garda Swiss terkini. Setelah Garda Swiss ditetapkan menjadi pasukan penjaga pribadi Sri Paus Julius II. Garda Swiss Kepausan ditarik dari medan perang dan fokus menjaga keselamatan Sri Paus. Uniknya Paus Julis II juga hanya meminta 200 pasukan. Namun, pada saat reformasi gereja oleh Martin Luther, posisi swiss guard semakin dikukuhkan sebagai penjaga kesucian gereja. Kini Garda Swiss hanya beroperasi di sekitar area lapangan St. Petrus, St. Basillika dan Sistine Chapel bukan, seluruh wilayah Vatikan. Satu-satunya perang yang dialami Garda Swiss adalah peristiwa pengempungan Roma oleh Kekaisaran Romawi Suci tanggal 6 Mei 1527. Meskipun Garda Swiss kalah telak karena kalah jumlah pasukan, mereka masih bisa menyelamatkan nyawa Paus Clement VII dan sejak peristiwa itu Garda Swiss mulai merekrut pasukan baru dan diambil sumpahnya pada tanggal 6 Mei. Untuk menjadi salah ...