Langsung ke konten utama

Evil Free to Play (F2P)

Free to Play (F2P) adalah jenis game yang didistribusikan secara online dan gratis kepada gamers. Tentu semua gamer sangat menyukai game F2P karena adiktif. Namun harus diingat dengan pendistribusian secara gratis developer F2P sangat sedikit mendapatkan keuntungan dari proses ini. Alhasil hampir semua game F2P memiliki ciri khas berupa microtransactions (transaksi-micro) untuk mencari keuntungan. Sebagian game menawarkan transaksi-micro berupa item-item tertentu tanpa merubah esensi dari F2P sendiri. Game F2P yang melakukan pratek transaksi-micro seperti itu biasanya adalah game F2P kompetitif seperti MOBA, MMORPG atau FPS. Tapi sebagian game F2P menawarkan transaksi-micro yang sangat membantu game ketika bermain. Transaksi seperti ini sering diplesetkan menjadi Pay to Win karena besarnya pengaruh pada game itu sendiri. Dan berikut adalah Game F2P namun memaksa game untuk melakukan transaksi-micro untuk sukses berdasarkan pengalaman saya.

Clash Of Clans (CoC)
Clash of Clans game mobile di platform iOS dan Android adalah game yang pernah saya coba beberapa waktu lalu sebelum akhirnya saya memutuskan untuk berhenti memainkannya. Game mobile strategi pada platform smartphone biasanya memakan waktu lama untuk membangun pasukan namun CoC benar-benar sangat membatasi untuk membangun pasukan. Saya memang sempat ketagihan memainkan CoC, membangun kota, pasukan, dan perang clan semua itu terlihat menyenangkan untuk ukuran game smartphone. Tapi seperti kalian tahu CoC menawarkan "gem". Gem ini sangat mempunyai nilai lebih yaitu, mempercepat dalam segala hal seperti konstruksi kota, pasukan, upgrade pasukan. Orang yg tidak mempunyai uang akan sangat mudah dikalahkan bagi mereka yang mempunyai dompet tebal. Pada akhirnya bukan kesenangan yang saya dapatkan namun, rasa frustasi melihat orang yang niat melakukan transaksi-micro CoC untuk meraih kesuksesan instant.


Candy Crush Saga
Ok mari kita tepuk tangan sejenak karena Candy Crush sempat dinobatkan Game of Year 2013 oleh Eurogamer. Meskipun saya hanya memainkan sebentar tetapi Candy Crush sungguh menyebalkan bagi saya. Candy Crush sangat jauh dari deskripsi sebagai F2P yang saya ketahui. Satu-satunya Candy Crush adalah Candy Crush adalah F2P karena kita mendownload game ini secara gratis. Jangan tertipu lewat tampilannya yang sederhana dan lucu Candy Crush Saga adalah salah satu evil F2P terburuk karena kebutuhan transaksi-micro. Power dan turn-ekstra adalah salah satunya. Namun yang terparah adalah transaksi micro untuk menuju stage selanjutnya tanpa alternatif lain. Semakin diperparah setelah meluncur di Apps Facebook yang berarti makin banyak orang yang terjebak dalam lingkaran setan Candy Crush. Bahkan pernah dalam satu hari notifikasi saya dipenuhi permintaan Candy Crush.

Masih ada evil F2P lainnya seperti Angry Bird Go, FarmVille2, Perfect World dan lain-lain yang mungkin saya belum mainkan. Tetapi kebanyakan permainan pay to win dijual pada perangkat mobile. Sederhana dan adiktif membuat permainan ini dicintai pengguna perangkat tanpa sadar ada monster yang berharap uang jatuh dari transaksi-micro mereka. Tapi ada beberapa game yang masih membutuhkan kemampuan skill meskipun kita membeli item atau equiment mumpumi contohnya, World of Tanks. Setebal apapun dopet gamer meskipun, membeli equiment hebat semua itu tak berguna jika tidak mempunyai skill tank yang baik.

Saya tidak menyukai game yang berkedok free to play namun kenyataan pay to win. Game-game tersebut terkadang membuat stage yang susah bahkan mustahil dilewati tanpa melakukan transaksi-micro dan itu tidak hanya terjadi sekali. Ada juga untuk membuat kita menjadi overpowered secara instant. Sebagai gamer hardcore saya lebih menyukai permainan secara skill dengan mencoba tantangan di tingkat kesulitan tertinggi ataupun bermain secara online kompetitif. Semoga tidak ada ide-ide aneh yang bisa saja terwujud dalam permainan Pay to Win

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Keluarga Mahasiswa Katolik St Algonz Universitas Airlangga (bagian 1)

Keluarga Mahasiswa Katolik atau KMK St Algonz bisa dibilang merupakan rumah kedua bagi pribadiku. Banyak kenangan yang sulit dilupakan, baik itu suka dan duka. Namun sesuatu yang terpenting dari semuanya, mereka selalu ada untukmu, itulah makna sebenarnya keluarga. Bagaimana aku berkenalan dengan KMK? Layaknya mahasiswa baru yang diperkenalkan universitas, aku tidak mengira bahwa perkenalan dengan KMK dimulai ketika selesai registrasi. Awalnya aku tidak begitu tertarik tentang pembicaraan KMK. Apa dipikirkan saat itu, UA (Universitas Airlangga) pasti mempunyai wadah untuk kebutuhan mahasiswa katolik dan ingin segera kembali ke rumah. Sebelum kembali pulang, kakak KMK saat itu memberikan sebuah selembar tulisan yang tidak kubaca selama perjalanan pulang dan baru dibaca ketika sampai dirumah. Apa yang tertulis diselembar kertas tersebut cukup mengejutkan karena, menceritakan perjuangan mahasiswa gerakan reformasi, Bimo Petrus . Bacaan tersebut sungguh menggugah hati sebab, ia ada...

Undang-Undang Karet yang Bernama Penistaan Agama

Tulisan ini bukanlah hanya berisi opini pribadi namun, adalah kajian dari tulisan dan esai jurnalistik yang bisa dipertanggung jawabkan kebenaran sumbernya Maraknya berita-berita soal isu agama yang dibawa ke ruang politik dan publik yang sering terjadi belakangan ini, membuat Indonesia gempar. Puncaknya adalah kasus penodaan agama yang dituduhkan pada Basuki Thayaja Purnama alias Ahok tertanggal 27 September 2016 pada saat berpidato di pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Swiss Guard (bagian 2)

Sebelumnya di bagian 1. Saya menceritakan latar terbentuknya Garda Swiss Sri Paus. Kini mari bicarakan keadaan Garda Swiss terkini. Setelah Garda Swiss ditetapkan menjadi pasukan penjaga pribadi Sri Paus Julius II. Garda Swiss Kepausan ditarik dari medan perang dan fokus menjaga keselamatan Sri Paus. Uniknya Paus Julis II juga hanya meminta 200 pasukan. Namun, pada saat reformasi gereja oleh Martin Luther, posisi swiss guard semakin dikukuhkan sebagai penjaga kesucian gereja. Kini Garda Swiss hanya beroperasi di sekitar area lapangan St. Petrus, St. Basillika dan Sistine Chapel bukan, seluruh wilayah Vatikan. Satu-satunya perang yang dialami Garda Swiss adalah peristiwa pengempungan Roma oleh Kekaisaran Romawi Suci tanggal 6 Mei 1527. Meskipun Garda Swiss kalah telak karena kalah jumlah pasukan, mereka masih bisa menyelamatkan nyawa Paus Clement VII dan sejak peristiwa itu Garda Swiss mulai merekrut pasukan baru dan diambil sumpahnya pada tanggal 6 Mei. Untuk menjadi salah ...