Kemarin (8/02) saya melihat program debat calon gubenur-wakil gubenur Jawa Barat yang dilakukan oleh salah satu stasiun TV. Ketikan saya melihat program debat ini dari awal hingga akhir, saya mengucapkan salut kepada seluruh cagub-cawagub. Moderator mampu menjaga situasi debat sehingga debat berlangsung cukup ketat tanpa singgungan antar calon berlebihan. Seperti kebanyakan program debat cagub-cawagub dimulai dari penegasan visi-misi lalu sesi pertanyaan dan terakhir program puncak debat calon. Dari apa yang saya lihat kemarin 5 calon pasangan mampu menghadirkan visi-misi dan menjelaskan pertanyaan tentang permasalahan Jawa Barat yang kongkret.
Memang sejak pilkada Ibukota Jakarta, rakyat tidak melihat koalisi partai yang mengusung cagub-cawagub namun, melihat pada figur yang terdapat tiap pasangan. Fenomena yang terjadi saat ini sangat menarik mengingat 5 tahun lalu atau lebih massa tertarik pada parpol yang mengusung pasangan. Kini faktor parpol hanya memberi kontribusi yang sedikit. Mungkin saja, ini karena pemberitaan gubenur Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) yang terus diliput media terutama saat beliau melakukan "blusukan" ke kampung-kampung jakarta. Faktor pemberitaan Jokowi yang terus dilakukan oleh media massa mengakitbatkan penduduk provinsi lain bisa dikatakan iri melihat Jakarta yang mempunyai pemimpin yang bersedia turun langsung ke permasalahan dan bertindak cepat tepat. Rakyatpun menyadari tugasnya sebagai pengawal demokrasi dan berpendidikan politik yang baik.
Namun, pada provinsi dan kabupaten-kota yang mempunyai basis masa besar kecerdasan berpolitiknya masih rendah atau banyak penduduknya belum terjamah oleh pendidikan politik. Contoh kasus tersebut adalah pilkada Sulawesi Selatan yang berakhir dengan gugatan di MK dan amarah simpatisan salah satu calon pasangan karena kalah dan menunding terjadi kecurangan selama pilkada. Untuk yang satu ini rakyat masih belum bagaimana mengeluarkan keluh kesahnya pada pilkada secara positf. Lain lagi degan kasus ini. Saya ambil contoh provinsi saya tinggal, Jawa Timur. Di jawa Timur basis massa salah satu ormas islam sangat besar (bahkan terbesar di Indonesia). Tentunya tidak mengherankan pada massa kampanye, tiap-tiap pasangan selain melakukan kampanye terbuka juga melakukan safari pesantren untuk memperoleh dukungan sebesar-besarnya dari basis massa tersebut. Kasus yang sering terjadi dan selalu terjadi di tiap pemilihan kepala daerah adalah pratek "bagi-bagi" entah sembako, pemeriksaan medis gratis, kaos, banner hingga uang. Celakanya ini dilakukan di daerah/wilayah yang mempunyai pendidikan politik yang rendah.
Meskipun begitu saya salut pada program acara semalam terlebih saya berharap pendidikan politik terus dilakukan tidak hanya dengan debat berkualitas namun juga, dialog interatif yang dilakukan media massa sebagai ujung tombak pengantar politik kepada masnyarakat. Karena sesungguh dengan pendidikan politik yang bagus Indonesia bisa menjadi negara yang disegani.
Komentar
Posting Komentar