Halo semuanya, pembaca pasti telah mendengar berita bahwa BBM bersubsidi jenis premium dan solar akan segera dinaikan. Tidak tanggung-tanggung naiknya hingga Rp,3000 atau sekitar 40% lebih. Saya tidak menulis opini mengenai kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi sebaliknya saya berusaha menulis apa yang amati tentang Warga Negara Indonesia tentang BBM bersubsidi.
Mengapa BBM subsidi harus naik? Seperti pembaca ketahui, kita sebagai Warga Negara Indonesia kehidupan sehari-harinya mengandalkan BBM. Coba Anda hitung, dalam seminggu berapa kilometer perjalanan Anda dengan menggunakan kendaraan pribadi? Untuk informasi saja, pemerintah Indonesia dalam anggaran subsidi BBM saat ini habis 714 Triliun, jauh lebih besar dibanding dana kesehatan dan pendidikan. Sebuah pemborosan uang negara untuk hal yang tidak jauh lebih penting dibanding istrumental fundamental negara (kesehatan & pendidikan). Nah saya dan pembaca sekarang bertanya atau berpendapat seharusnya pemerintah menghemat saja anggaran subsidi BBM. Ya, saya setuju tapi kita tidak pernah melakukan evaluasi diri sendiri. Evaulasi diri sendiri bagaimana kita sebagai warga negara menyikapi tujuan BBM bersubsidi.
BBM bersubsidi sebagaimana pembaca tahu (atau Anda keterlaluan pura-pura tidak tahu) ditujukan kepada masnyarakat ekonomi menengah kebawah agar mempunyai kehidupan layak dan lebih baik. Kenyataan di lapangan, BBM subsidi juga digunakan masnyarakat yang secara kelas ekonomi berkecukupan. Mengapa? karena kita lebih menyukai barang lebih murah dibanding mahal (non-subsidi) tapi tetap bisa membuat kendaraan jalan. Bukan pemandangan aneh kalau di SPBU seringkali kita jumpai mobil-mobil keluaran tahun terbaru dan mewah yang mengisi dibagian bahan bakar dengan Premium. Memang tidak ada larangan bahwa mobil/motor seri terbaru harus mengisi BBM non subsidi tapi, bodoh juga kalau kita tidak tahu kalau mobil tahun terbaru adalah kepemilikan orang kecil tak berkecukupan. Bukahkan mobil/motor itu adalah status sosial?
Jika ada solusi selain kebijakan pengalihan dana subsidi BBM selain untuk pendidikan dan kesehatan, Kebijakan lalu lintas harus diperketat, bukan lagi soal pajak kendaraan yang harus diperbesar tetapi sikap berlalu lintas perlu kedisiplinan tinggi. Dalam hidup saya, entah berapa kali saya melihat kendaraan menerobos lampu merah dan nyaris menabrak pejalan kaki (termasuk saya) hanya karena alasan jalan sepi. Mental berlalu lintas kita payah, paling mudah saja saya berikan pertanyaan, Berapa kali Anda berhenti di pertigaan atau perempatan lampu merah dengan melewati batas zebra cross? Bukankah zebra cross itu untuk pengguna jalan kaki, kenapa Anda merampas hak milik orang lain (kaitkan dengan membeli BBM subsidi premium)? Indonesia mencontoh Jepang tentang aturan SIM. Negara Sakura itu, mensyarakat penduduknya bagi siapa saja yang ingin mengemudi harus lulus tes SIM yang super ketat dan mahal. Indonesia? kita datang, isi tes, bayar petugas, selesai!! tanpa perlu tes pratek. Seharusnya ujian SIM Indonesia seperti Jepang ataupun Amerika, ujian tulis (UU lalu lintas), uji pratek, dan ujian psikologis. Saya cukup yakin seandainya mental tertib berlalu-lintas dan dengan segala aturan ketat diatas itu sebenarnya juga mengurangi konsumsi BBM di Indonesia. Jika ada solusi lain pembaca silahkan isi kolom commend dibawah. Have a nice day.
Jika ada solusi selain kebijakan pengalihan dana subsidi BBM selain untuk pendidikan dan kesehatan, Kebijakan lalu lintas harus diperketat, bukan lagi soal pajak kendaraan yang harus diperbesar tetapi sikap berlalu lintas perlu kedisiplinan tinggi. Dalam hidup saya, entah berapa kali saya melihat kendaraan menerobos lampu merah dan nyaris menabrak pejalan kaki (termasuk saya) hanya karena alasan jalan sepi. Mental berlalu lintas kita payah, paling mudah saja saya berikan pertanyaan, Berapa kali Anda berhenti di pertigaan atau perempatan lampu merah dengan melewati batas zebra cross? Bukankah zebra cross itu untuk pengguna jalan kaki, kenapa Anda merampas hak milik orang lain (kaitkan dengan membeli BBM subsidi premium)? Indonesia mencontoh Jepang tentang aturan SIM. Negara Sakura itu, mensyarakat penduduknya bagi siapa saja yang ingin mengemudi harus lulus tes SIM yang super ketat dan mahal. Indonesia? kita datang, isi tes, bayar petugas, selesai!! tanpa perlu tes pratek. Seharusnya ujian SIM Indonesia seperti Jepang ataupun Amerika, ujian tulis (UU lalu lintas), uji pratek, dan ujian psikologis. Saya cukup yakin seandainya mental tertib berlalu-lintas dan dengan segala aturan ketat diatas itu sebenarnya juga mengurangi konsumsi BBM di Indonesia. Jika ada solusi lain pembaca silahkan isi kolom commend dibawah. Have a nice day.
Komentar
Posting Komentar