Langsung ke konten utama

Memakai Linux (bukan Windows) Sebagai Teman Kerja

Linux adalah salah satu sistem operasi teraman di dunia

Siapa sih di zaman industrisasi 4.0 teknologi, orang tidak memakai komputer/laptop sebagai "partner kerja"? Hampir semua dari kalian memakai laptop sebagai bagian tak terpisahkan dalam kerja dan karier. Bila ada orang IT iseng menanyakan sistem operasi laptop yang kalian gunakan maka, sebagian besar dari kalian pasti menjawab Windows (itu pun nanti dibagi lagi mana yang memakai original & bajakan) dan ada pula memakai OS Mac karena memakai Macbook. Tetapi tidak dengan saya karena, saat ini (sedang) berlatih membiasakan diri dengan Linux untuk kerja & bisnis.
Bila boleh jujur saat ini, saya menggunakan Dual boot atau dua OS dalam satu laptop karena, memang belum ada rejeki untuk membeli laptop baru. Tapi kenapa memilih linux sebagai OS kerja?

Sebelum menjawab/membahas mari kita terlebih dahulu melihat ke belakang, melihat kenapa Linux muncul menjadi OS alternatif populer. Sejak diperkenalkan tahun 1991 sebagai sistem operasi open source, sebenarnya populeritas OS Linux di segmen server dikenal luas di kalangan perusahaan teknologi ternama seperti, Intel, Dell, IBM. Namun Linux tidak populer di segmen pasar "home PC", mereka kalah dengan Microsoft Windows.

Kalahnya Linux di pasar "home PC" oleh Windows disebabkan UI yang tidak user-friendly. Hingga kini mitos UI linux masih dijadikan alasan klasik orang awam menolak memakai Linux. Walaupun Linux saat ini UI-nya makin mendekati Windows.

Dari sedikit uraian diatas alasan saya memulai memakai Linux karena, GRATIS. Ya faktor ekonomi memang faktor teratas. Lho, emang pakai Windows tidak bisa? Sebenarnya bisa tapi, ketika memulai usaha teknologi apalagi sebuah start-up, dana finansial saya tidak banyak. Memakai Windows sebagai sistem operasi berarti harus membayar lisensi Windows dan itu nanti tidak murah bagi sebuah rintisan usaha. Jadi menggunakan dan  belajar memakai Linux adalah pilihan paling logis (untuk saat ini).

Faktor kedua adalah keamanan. Ada alasan kenapa perusahaan raksasa seperti Intel, Dell, IBM memakai Linux sebagai sistem operasi server mereka. Alasan terkuatnya adalah keamanan. Perusahaan besar seperti mereka pasti memiliki rahasia perusahaan yang tidak boleh diketahui pesaing ataupun data users yang harus diproteksi dari "tangan jahil"/hacker. Di zaman industri 4.0 dimana saat ini data users menjadi semakin penting, proteksi akan keboncoran harus diminimalisir. Linux tentu saja jauh lebih aman dibanding Windows.

Faktor ketiga adalah ringan. Ringan disini maksudnya untuk menjalankan sistem operasi Linux laptop yang tua pun masih sanggup. Asal kalian tahu saja laptop yang saya gunakan untuk menulis blog ini sudah berusia 7 tahun lebih. Sudah tidak sanggup untuk melakukan sederet instalasi program berbasis Windows kekinian. Namun di Linux laptop saya masih bisa "berlari" yang tentunya, menjadi alasan faktor keempat yaitu, dukungan komunitas yang kuat. Linux yang berbasis open source dan gratis tentu saja tidak akan bisa hidup tanpa komunitasnya. Dari komunitas-komunitas ini pula mereka mengembangkan instalasi program yang mendekati (setara) program berbasis Windows. Contoh Open Office, Libre Office untuk menggantikan Microsoft Office kemudian, Gimp, krita yang kemampuannya setara dengan Adobe Photoshop dan CorelDraw. Masih banyak program linux lainnya dan yang pasti GRATIS. Tapi jika kamu seorang hardcore gamer tidak disarankan memakai Linux karena tidak mempunyai koleksi library game banyak.

Faktor Kelima adalah ketahanan atau stabil. Saya belum pernah membuktikan soal ketahanan ataupun kestabilan sistem Linux karena, memang belum sejauh itu. Namun ada pengakuan memang dari orang IT bahwa, Linux mampu menjalankan program jauh lebih lama dibanding Windows. Well itu artinya resiko crash pada layanan/service 24 jam non-stop pada sistem Linux lebih rendah dibanding Windows.

Yap sampai disitu dulu share pengalaman memakai sistem operasi Linux. Saat ini saya memang masih belajar namun, saya tidak sabar untuk menggunakan Linux untuk rintisan usaha saya kelak.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Keluarga Mahasiswa Katolik St Algonz Universitas Airlangga (bagian 1)

Keluarga Mahasiswa Katolik atau KMK St Algonz bisa dibilang merupakan rumah kedua bagi pribadiku. Banyak kenangan yang sulit dilupakan, baik itu suka dan duka. Namun sesuatu yang terpenting dari semuanya, mereka selalu ada untukmu, itulah makna sebenarnya keluarga. Bagaimana aku berkenalan dengan KMK? Layaknya mahasiswa baru yang diperkenalkan universitas, aku tidak mengira bahwa perkenalan dengan KMK dimulai ketika selesai registrasi. Awalnya aku tidak begitu tertarik tentang pembicaraan KMK. Apa dipikirkan saat itu, UA (Universitas Airlangga) pasti mempunyai wadah untuk kebutuhan mahasiswa katolik dan ingin segera kembali ke rumah. Sebelum kembali pulang, kakak KMK saat itu memberikan sebuah selembar tulisan yang tidak kubaca selama perjalanan pulang dan baru dibaca ketika sampai dirumah. Apa yang tertulis diselembar kertas tersebut cukup mengejutkan karena, menceritakan perjuangan mahasiswa gerakan reformasi, Bimo Petrus . Bacaan tersebut sungguh menggugah hati sebab, ia ada...

Undang-Undang Karet yang Bernama Penistaan Agama

Tulisan ini bukanlah hanya berisi opini pribadi namun, adalah kajian dari tulisan dan esai jurnalistik yang bisa dipertanggung jawabkan kebenaran sumbernya Maraknya berita-berita soal isu agama yang dibawa ke ruang politik dan publik yang sering terjadi belakangan ini, membuat Indonesia gempar. Puncaknya adalah kasus penodaan agama yang dituduhkan pada Basuki Thayaja Purnama alias Ahok tertanggal 27 September 2016 pada saat berpidato di pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Swiss Guard (bagian 2)

Sebelumnya di bagian 1. Saya menceritakan latar terbentuknya Garda Swiss Sri Paus. Kini mari bicarakan keadaan Garda Swiss terkini. Setelah Garda Swiss ditetapkan menjadi pasukan penjaga pribadi Sri Paus Julius II. Garda Swiss Kepausan ditarik dari medan perang dan fokus menjaga keselamatan Sri Paus. Uniknya Paus Julis II juga hanya meminta 200 pasukan. Namun, pada saat reformasi gereja oleh Martin Luther, posisi swiss guard semakin dikukuhkan sebagai penjaga kesucian gereja. Kini Garda Swiss hanya beroperasi di sekitar area lapangan St. Petrus, St. Basillika dan Sistine Chapel bukan, seluruh wilayah Vatikan. Satu-satunya perang yang dialami Garda Swiss adalah peristiwa pengempungan Roma oleh Kekaisaran Romawi Suci tanggal 6 Mei 1527. Meskipun Garda Swiss kalah telak karena kalah jumlah pasukan, mereka masih bisa menyelamatkan nyawa Paus Clement VII dan sejak peristiwa itu Garda Swiss mulai merekrut pasukan baru dan diambil sumpahnya pada tanggal 6 Mei. Untuk menjadi salah ...