Saya akan berusaha seadil-adilnya dan netral dalam tulisan ini.
Tulisan ini diambil dari sumber-sumber baik pro palestina, israel dan kubu netral.
Di Indonesia dan seluruh penjuru dunia bahwa konflik israel dan palestina adalah konflik keagamaan antara islam vs judaisme/yahudisme. Anggapan ini sepenuhnya tidak salah namun, tidak juga benar 100%. Bahkan unsur agama sangat kecil sekali dalam konflik ini. Konflik israel-palestina sebenarnya konflik klaim wilayah antara 2 negara. Dimana israel dan palestina sama-sama mengklaim wilayah yang sama. Jadi yang kita ketahui dan jelas terlebih dahulu adalah konflik israel-palestina adalah konflik klaim wilayah dan bukan keagamaan.
Pra-Konflik
Jadi bagaimana ini bisa bermula? Untuk mencari titik awal konflik ini kita harus mundur lebih dari 100 tahun lalu. Wilayah Palestina hingga 1900an adalah wilayah kerajaan ottoman/kesultanan turki. Orang-orang yang bermukim di palestina meskipun berasal dari suku arab, mereka menganggap sebagai orang palestina, suatu sikap identitas nasionalisme. Nah orang-orang palestina sendiri pada saat itu sebagian besar memeluk agama islam, sebagian kecil lagi kristen dan lebih kecil lagi ada judaisme/yahudi. Dan mereka hidup rukun antara satu dengan lain.
Sementara di era yang sama tetapi, di belahan daratan eropa. Orang-orang yahudi yang tinggal di eropa mengkampanyekan gerakan zionisme? Apa itu zionisme? Zionisme ialah sikap orang-orang yahudi yang tinggal di eropa bahwa judaisme bukan lagi sekadar agama tapi juga identitas nasional bagi orang-orang yahudi yang tinggal di eropa dan mereka percaya judaisme layak mendirikan negara. Lalu dimanakah tempat ideal untuk mendirikan negara tersebut? Tidak lain dan tidak bukan di tanah palestina yang mereka sebut sebagai tanah "perjanjian". Tapi tunggu dulu, mengapa gerakan zionisme ini lahir? Dulu orang-orang yahudi yang tinggal di eropa mengalami diskriminasi dan persekusi selama ratusan tahun. Banyak orang eropa mengikuti gerakan anti-semit. Akibatnya merekapun bersatu membentuk gerakan zionisme agar terbebas dari diskriminasi dan persekusi yang telah mereka alami selama ratusan tahun.
Melompat ke pasca perang dunia I, Kesultanan Turki bubar dan wilayahnya dibagi-bagi antar Inggris dan Perancis. Kebetulan wilayah palestina jatuh ke tangan Inggris. Setelah Inggris memerintah di wilayah palestina dan diskriminasi orang yahudi makin liar di eropa. Puluhan ribu orang yahudi bermigrasi ke palestina dan mulai memukimi lahan pertanian kosong. Karena semakin terus bertambah, konflikpun tidak terhindarkan hingga puncaknya pemberontakan arab/arab revolt (1936-1939). Inggris tidak mau energinya habis untuk mengurus konflik ini karena saat itu Nazi Jerman menimbulkan masalah di eropa. Akhirnya Inggris membentuk komite independen yang bertugas mencari sumber konflik, dan solusi konflik. Komite ini menawarkan solusinya. Karena ada dua kubu yang saling mengklaim wilayah sama maka, dibentuk dua negara. Satu untuk yahudi, satunya lagi bagi arab, dengan pembagian 80:20 untuk arab. Responnya orang tidak menerima keberadaan negara yahudi akibatnya, pecah pemberontakan arab terhadap inggris dan Inggris pun menutup pintu bagi imigran yahudi menuju palestina.
Kemudian datanglah tragedi kemanusiaan holocoust, pembinasaan orang yahudi oleh nazi-jerman. Akibat tragedi ini jutaan orang yahudi kehilangan nyawa. Mereka selamat kemudian terus memperjuangkan gerakan zionisme dan tentu saja dunia barat berbelas kasih pada orang yahudi gerakan zionisme/perjuangan mendirikan negara yahudi semakin didukung terutama oleh Amerika Serikat.
Dimulainya Konflik
Setelah perang berakhir, konflik di palestina kembali muncul dan mendapat perhatian dari UN (United Nations). Sementara pemerintahan Inggris tidak mau lagi mengurus konflik palestina-yahudi dan menyerahkan solusi kepada UN/PBB. Akhirnya di tahun 1947 UN/PBB memberikan solusi yaitu pembentukan 2 negara. Satu untuk kelompok yahudi dan satu untuk palestina. Kelompok yahudi setuju dengan resolusi PBB dan segera memproklamirkan diri sebagai negara Israel. Sementara negara-negara arab tidak menyetujui resolusi PBB bahkan negara-negara arab melihat resolusi PBB sebagai cara baru kolonialisme negara barat. Maka tidak lama setelah negara Israel terbentuk, Irak, Mesir, Suriah, Jordania, dan Lebanon menyatakan perang terhadap (Perang arab 1948-1949). Akhir perang arab diluar dugaan, Israel memenangkan peperangan dan menduduki wilayah palestina dari resolusi PBB. Wilayah utara, selatan yang hanya menyisakan tepian Gaza dan sebagian wilayah barat (Jerusalem barat pun juga dikuasai). Wilayah palestina yang tersisa hanyalah jalur Gaza dan "West bank"/Tepi barat (dinamakan demikian karena berada di tepi barat sungai jordan). Tetapi wilayah palestina yang tersisa ini tidak dikuasai palestina, jalur Gaza dikuasai mesir dan daerah Tepi barat dikuasai jordania. Akhir dari perang ini juga menimbulkan masalah lain yaitu soal pengungsi. Ratusan ribu rakyat palestina akhirnya mengungsi dari tempat asalnya. Sebagian besar mengungsi ke Tepi barat. Pengungsi palestina ini terus bertambah banyak karena beranak-cucu. Hingga kini jumlah pengungsi palestina diestimasi 7 juta pengungsi. Sementara itu ratusan ribu orang yahudi yang bertempat tinggal di negara-negara arab dan afrika utara (dan menjadi warga negara disana) terpaksa "diusir". Sebagian besar orang yahudi dari negara arab & afrika utara yang "terusir" ini pindah ke Israel, dan sisanya ke Amerika Serikat.
20 tahun kemudian konfrontasi negara-negara arab dengan israel kembali memanas. Dari usaha rakyat palestina dengan membuat wadah Organisasi Pembebasan Palestina/PLO. PLO menjadi wadah perjuangan rakyat palestina dalam upaya mendirikan dan pemerdekaan negara palestina. Seringkali PLO melakukan tindakan-tindakan teror untuk menggapai tujuannya. Dilain pihak, konfrontasi negara-negara arab dan israel terus memanas. Akibat konfrontasi ini pecah perang kembali yang dikenal perang enam hari (Six days Wars, 1966). Secara mengejutkan Israel meraih kemenangan gemilang. Semenanjung sinai dan jalur Gaza dari Mesir, Tepi barat dari Jordania, dan daratan tinggi golan suriah berhasil direbut. Tidak lama setelah perang enam hari, organisasi liga arab melakukan konfrensi tingkat tinggi di Sudan dan menghasilkan tiga pernyataan : "Tidak ada damai buat israel, Tidak ada pengakuan buat israel dan Tidak ada negoisasi buat israel". Namun dikemudian hari, Israel dan Mesir berunding damai atas prakarsa AS di camp david 1978. Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin setuju berdamai dengan dikembalikannya semenanjung sinai ke pihak Mesir. Perjanjian Mesir-Israel sangat kontroversial saat itu bahkan, presiden Anwar Sadat ditembak mati tidak lama setelahnya. Disaat yang sama tidak lama setelah perang enam hari, pemerintahan Israel terjadi pergolakan, apa yang harus dilakukan dengan daerah Tepi barat? Sebagian ingin dikembalikan ke jordania dengan balasan perdamaian, sebagian justru ingin Tepi barat dimasukan sebagai wilayah israel dan penduduk palestina dijadikan warga negara israel. Sebagian lagi lebih baik diserahkan kembali kepada penduduk palestina dengan harapan negara palestina bisa terbentuk. Perdebatan di pemerintah israel tidak pernah tuntas hingga akhirnya timbul fenomena datangnya settlers atau pemukim israel yang datang ke Tepi barat dan disinilah inti konflik sebenarnya muncul.
Permasalahan Settlers/Pemukim Hingga Pecahnya Intifada I
Sikap pemerintah Israel mengenai pendudukan Tepi Barat tidak pernah lugas dan berlarut-larut. Karena ketidak-tegasan ini, tepi barat mulai didatangi warga israel untuk bermukim dan tentu saja secara liar. Awalnya alasan kedatangan para pemukim liar ini hanyalah religi namun, seiring waktu dan makin banyaknya para pemukim yang datang ke Tepi Barat, para pemukim israel datang ke Tepi Barat urusan religi bukan lagi utama. Kebanyakan dari mereka bermukim di Tepi Barat karena, kenyamanan dan kesempatan hidup lebih baik. Seperti sebelumnya kedatangan para pemukim israel ini tidak datang sendiri, mereka dijaga dan dilindungi oleh pasukan israel. Seringkali pembukaan pemukiman israel di Tepi Barat menjadi ricuh akibat rakyat palestina yang terggusur. Karena kejadian penggusuran ini sering terjadi konflik-konflik memuncak pada intifada pertama (1987-1993). Ribuan warga palestina dan ratusan pasukan israel terbunuh dalam konflik berdarah ini. Dalam rentang intifada, di jalur Gaza muncul gerakan palestina lain bernama Hamas. Gerakan Hamas mempunyai tujuan selain memperjuangkan kemerdekaan palestina yaitu, menghancurkan negara Israel. Dalam menjalankan tujuannya, Hamas bahkan melakukan aksi teror seperti bom bunuh diri, serangan rudal ke penduduk sipil israel. Karena tindakan semacam ini, Hamas dianggap sebagai organisasi teror oleh mata dunia.
Perjajian Oslo (Oslo Accord) hingga Intifada II
Di tahun awal 90-an Pemimpin Israel dan Palestina menyadari mereka harus menyudahi intifada. Kemudian dua pemimpin Yasser arafat, pimpinan PLO dan perdana menteri israel Yitzhak Rabin berunding di Oslo, Norwergia. Hasil dari perundingan ini dikenal sebagai perjanjian oslo (1993) dan yang ditanda tangani kedua belah pihak di Washington D.C, US dan Amerika sebagai saksinya kemudian, dilanjutkan pada perjajian oslo II (1995). Poin utama dari perjanjian ini adalah pengakuan kedua belah pihak. PLO mengakui keberadaan negara Israel dan pengakuan Israel kepada PLO sebagai representatif pemerintahan palestina. Poin berikutnya adalah pembentukan pemerintahan otonom palestina (Palestinian Authority) beserta wilayah-wilayah Tepi Barat dan jalur Gaza yang berhak dijalankan otonom palestina. Tetapi perjajian oslo ini tidak membentuk negara palestina. 2 tahun kemudian perjajian oslo dipertegas tentang wilayah otonom palestina di Tepi barat. Tepi barat kemudian dibagi menjadi 3 wilayah yaitu A, B dan C. Wilayah A adalah wilayah full-otonom palestina dengan pemerintahan dan keamanan dijalankan oleh otonom palestina. Wilayah A ini luasnya sekitar 18% dari Tepi barat tapi, sebagian besar warga palestina tinggal di wilayah A. Wilayah B masih wilayah otonom palestina namun, pasukan israel masih berada disana. Wilayah B luasnya sekitar 22% dari Tepi barat. Wilayah C sendiri adalah wilayah yang dikuasai pasukan israel. Walaupun begitu, baik israel dan palestina mendapat reaksi tidak puas dari beberapa pihak. Di palestina Hamas kecewa dengan hasil perjanjian oslo sehingga tetap melancarkan aksi teror. Sementara loyalis gerakan zionisme menuduh Yitzhak Rabin sebagai pengkhianat dan nazi. Dari sini kita bisa belajar bahwa, ada kelompok-kelompok ekstremis baik di israel dan palestina yang tidak ingin berdamai. Karena kelompok ini terus berulah pasca perjajian oslo, upaya damai berujung kegagalan di Camp David II (2000). Kegagalan Camp David II berujung pecahnya intifida II (2000-2005) yang lebih brutal dibanding sebelumnya. Intifada II merubah jalannya konflik, Israel menjadi lebih pesimitis terhadap palestina dalam upaya perdamaian. Kemudian pemerintah israel membangun tembok, pos pemeriksaan dan semuanya bertujuan mengontrol rakyat palestina dengan paksa. Israel seperti tidak mau lagi berdamai hanya, "mengontrol" konflik. Setelah berakhirnya intifada II, israel menarik pasukan dan warganya dari Tepi Gaza. Hamas mengambil alih tepi gaza namun,Gaza dan Tepi barat dijalankan 2 otoritas berbeda. Setelah intifada II, harapan untuk perdamaian dan kemerdekaan untuk palestina makin sulit terwujud. Israel banyak mendirikan pos pemeriksaan di jalan hingga tempat ibadah. Ini semakin mencekik kebebasan warga palestina. Sedangkan di sisi lain warga israel sudah tidak peduli tentang konflik negaranya.
Penutup
Konflik Israel-Palestina adalah konflik paling menyita perhatian dunia. Pendudukan tepi barat oleh israel dan masalah pemukiman yahudi makin menyulitkan mimpi palestina yang merdeka. Apa yang saya tulis disini hanyalah garis besar konflik. Ada baiknya sebelum berkomentar, pelajari dahulu. Usahakan dari media-media yang kenetralannya sudah kredible. Agar kita mudah masuk ke jebakan batman yang sering berkata. Israel vs Palestina adalah konflik agama padahal, Israel vs Palestina adalah konflik klaim wilayah.
Kemudian datanglah tragedi kemanusiaan holocoust, pembinasaan orang yahudi oleh nazi-jerman. Akibat tragedi ini jutaan orang yahudi kehilangan nyawa. Mereka selamat kemudian terus memperjuangkan gerakan zionisme dan tentu saja dunia barat berbelas kasih pada orang yahudi gerakan zionisme/perjuangan mendirikan negara yahudi semakin didukung terutama oleh Amerika Serikat.
Dimulainya Konflik
Setelah perang berakhir, konflik di palestina kembali muncul dan mendapat perhatian dari UN (United Nations). Sementara pemerintahan Inggris tidak mau lagi mengurus konflik palestina-yahudi dan menyerahkan solusi kepada UN/PBB. Akhirnya di tahun 1947 UN/PBB memberikan solusi yaitu pembentukan 2 negara. Satu untuk kelompok yahudi dan satu untuk palestina. Kelompok yahudi setuju dengan resolusi PBB dan segera memproklamirkan diri sebagai negara Israel. Sementara negara-negara arab tidak menyetujui resolusi PBB bahkan negara-negara arab melihat resolusi PBB sebagai cara baru kolonialisme negara barat. Maka tidak lama setelah negara Israel terbentuk, Irak, Mesir, Suriah, Jordania, dan Lebanon menyatakan perang terhadap (Perang arab 1948-1949). Akhir perang arab diluar dugaan, Israel memenangkan peperangan dan menduduki wilayah palestina dari resolusi PBB. Wilayah utara, selatan yang hanya menyisakan tepian Gaza dan sebagian wilayah barat (Jerusalem barat pun juga dikuasai). Wilayah palestina yang tersisa hanyalah jalur Gaza dan "West bank"/Tepi barat (dinamakan demikian karena berada di tepi barat sungai jordan). Tetapi wilayah palestina yang tersisa ini tidak dikuasai palestina, jalur Gaza dikuasai mesir dan daerah Tepi barat dikuasai jordania. Akhir dari perang ini juga menimbulkan masalah lain yaitu soal pengungsi. Ratusan ribu rakyat palestina akhirnya mengungsi dari tempat asalnya. Sebagian besar mengungsi ke Tepi barat. Pengungsi palestina ini terus bertambah banyak karena beranak-cucu. Hingga kini jumlah pengungsi palestina diestimasi 7 juta pengungsi. Sementara itu ratusan ribu orang yahudi yang bertempat tinggal di negara-negara arab dan afrika utara (dan menjadi warga negara disana) terpaksa "diusir". Sebagian besar orang yahudi dari negara arab & afrika utara yang "terusir" ini pindah ke Israel, dan sisanya ke Amerika Serikat.
20 tahun kemudian konfrontasi negara-negara arab dengan israel kembali memanas. Dari usaha rakyat palestina dengan membuat wadah Organisasi Pembebasan Palestina/PLO. PLO menjadi wadah perjuangan rakyat palestina dalam upaya mendirikan dan pemerdekaan negara palestina. Seringkali PLO melakukan tindakan-tindakan teror untuk menggapai tujuannya. Dilain pihak, konfrontasi negara-negara arab dan israel terus memanas. Akibat konfrontasi ini pecah perang kembali yang dikenal perang enam hari (Six days Wars, 1966). Secara mengejutkan Israel meraih kemenangan gemilang. Semenanjung sinai dan jalur Gaza dari Mesir, Tepi barat dari Jordania, dan daratan tinggi golan suriah berhasil direbut. Tidak lama setelah perang enam hari, organisasi liga arab melakukan konfrensi tingkat tinggi di Sudan dan menghasilkan tiga pernyataan : "Tidak ada damai buat israel, Tidak ada pengakuan buat israel dan Tidak ada negoisasi buat israel". Namun dikemudian hari, Israel dan Mesir berunding damai atas prakarsa AS di camp david 1978. Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin setuju berdamai dengan dikembalikannya semenanjung sinai ke pihak Mesir. Perjanjian Mesir-Israel sangat kontroversial saat itu bahkan, presiden Anwar Sadat ditembak mati tidak lama setelahnya. Disaat yang sama tidak lama setelah perang enam hari, pemerintahan Israel terjadi pergolakan, apa yang harus dilakukan dengan daerah Tepi barat? Sebagian ingin dikembalikan ke jordania dengan balasan perdamaian, sebagian justru ingin Tepi barat dimasukan sebagai wilayah israel dan penduduk palestina dijadikan warga negara israel. Sebagian lagi lebih baik diserahkan kembali kepada penduduk palestina dengan harapan negara palestina bisa terbentuk. Perdebatan di pemerintah israel tidak pernah tuntas hingga akhirnya timbul fenomena datangnya settlers atau pemukim israel yang datang ke Tepi barat dan disinilah inti konflik sebenarnya muncul.
Permasalahan Settlers/Pemukim Hingga Pecahnya Intifada I
Sikap pemerintah Israel mengenai pendudukan Tepi Barat tidak pernah lugas dan berlarut-larut. Karena ketidak-tegasan ini, tepi barat mulai didatangi warga israel untuk bermukim dan tentu saja secara liar. Awalnya alasan kedatangan para pemukim liar ini hanyalah religi namun, seiring waktu dan makin banyaknya para pemukim yang datang ke Tepi Barat, para pemukim israel datang ke Tepi Barat urusan religi bukan lagi utama. Kebanyakan dari mereka bermukim di Tepi Barat karena, kenyamanan dan kesempatan hidup lebih baik. Seperti sebelumnya kedatangan para pemukim israel ini tidak datang sendiri, mereka dijaga dan dilindungi oleh pasukan israel. Seringkali pembukaan pemukiman israel di Tepi Barat menjadi ricuh akibat rakyat palestina yang terggusur. Karena kejadian penggusuran ini sering terjadi konflik-konflik memuncak pada intifada pertama (1987-1993). Ribuan warga palestina dan ratusan pasukan israel terbunuh dalam konflik berdarah ini. Dalam rentang intifada, di jalur Gaza muncul gerakan palestina lain bernama Hamas. Gerakan Hamas mempunyai tujuan selain memperjuangkan kemerdekaan palestina yaitu, menghancurkan negara Israel. Dalam menjalankan tujuannya, Hamas bahkan melakukan aksi teror seperti bom bunuh diri, serangan rudal ke penduduk sipil israel. Karena tindakan semacam ini, Hamas dianggap sebagai organisasi teror oleh mata dunia.
Perjajian Oslo (Oslo Accord) hingga Intifada II
Di tahun awal 90-an Pemimpin Israel dan Palestina menyadari mereka harus menyudahi intifada. Kemudian dua pemimpin Yasser arafat, pimpinan PLO dan perdana menteri israel Yitzhak Rabin berunding di Oslo, Norwergia. Hasil dari perundingan ini dikenal sebagai perjanjian oslo (1993) dan yang ditanda tangani kedua belah pihak di Washington D.C, US dan Amerika sebagai saksinya kemudian, dilanjutkan pada perjajian oslo II (1995). Poin utama dari perjanjian ini adalah pengakuan kedua belah pihak. PLO mengakui keberadaan negara Israel dan pengakuan Israel kepada PLO sebagai representatif pemerintahan palestina. Poin berikutnya adalah pembentukan pemerintahan otonom palestina (Palestinian Authority) beserta wilayah-wilayah Tepi Barat dan jalur Gaza yang berhak dijalankan otonom palestina. Tetapi perjajian oslo ini tidak membentuk negara palestina. 2 tahun kemudian perjajian oslo dipertegas tentang wilayah otonom palestina di Tepi barat. Tepi barat kemudian dibagi menjadi 3 wilayah yaitu A, B dan C. Wilayah A adalah wilayah full-otonom palestina dengan pemerintahan dan keamanan dijalankan oleh otonom palestina. Wilayah A ini luasnya sekitar 18% dari Tepi barat tapi, sebagian besar warga palestina tinggal di wilayah A. Wilayah B masih wilayah otonom palestina namun, pasukan israel masih berada disana. Wilayah B luasnya sekitar 22% dari Tepi barat. Wilayah C sendiri adalah wilayah yang dikuasai pasukan israel. Walaupun begitu, baik israel dan palestina mendapat reaksi tidak puas dari beberapa pihak. Di palestina Hamas kecewa dengan hasil perjanjian oslo sehingga tetap melancarkan aksi teror. Sementara loyalis gerakan zionisme menuduh Yitzhak Rabin sebagai pengkhianat dan nazi. Dari sini kita bisa belajar bahwa, ada kelompok-kelompok ekstremis baik di israel dan palestina yang tidak ingin berdamai. Karena kelompok ini terus berulah pasca perjajian oslo, upaya damai berujung kegagalan di Camp David II (2000). Kegagalan Camp David II berujung pecahnya intifida II (2000-2005) yang lebih brutal dibanding sebelumnya. Intifada II merubah jalannya konflik, Israel menjadi lebih pesimitis terhadap palestina dalam upaya perdamaian. Kemudian pemerintah israel membangun tembok, pos pemeriksaan dan semuanya bertujuan mengontrol rakyat palestina dengan paksa. Israel seperti tidak mau lagi berdamai hanya, "mengontrol" konflik. Setelah berakhirnya intifada II, israel menarik pasukan dan warganya dari Tepi Gaza. Hamas mengambil alih tepi gaza namun,Gaza dan Tepi barat dijalankan 2 otoritas berbeda. Setelah intifada II, harapan untuk perdamaian dan kemerdekaan untuk palestina makin sulit terwujud. Israel banyak mendirikan pos pemeriksaan di jalan hingga tempat ibadah. Ini semakin mencekik kebebasan warga palestina. Sedangkan di sisi lain warga israel sudah tidak peduli tentang konflik negaranya.
Penutup
Konflik Israel-Palestina adalah konflik paling menyita perhatian dunia. Pendudukan tepi barat oleh israel dan masalah pemukiman yahudi makin menyulitkan mimpi palestina yang merdeka. Apa yang saya tulis disini hanyalah garis besar konflik. Ada baiknya sebelum berkomentar, pelajari dahulu. Usahakan dari media-media yang kenetralannya sudah kredible. Agar kita mudah masuk ke jebakan batman yang sering berkata. Israel vs Palestina adalah konflik agama padahal, Israel vs Palestina adalah konflik klaim wilayah.
Komentar
Posting Komentar