"Jika 1 tahun pertama banyak capaian hal positifmaka, 3 tahun berikutnya akan lebih banyak pencapaian positif lainnya"
-Confusius-
Kutipan kata-kata bijak tersebut adalah perkataan seorang filsuf tiongkok. Kata-kata tersebut terlontar karena kinerja confusius yang bagus selama menjadi kepala daerah di wilayah kerajaan. Kini meskipun telah tiada, kata-kata diatas masih terbukti hingga sekarang.
Lalu bagaimana saya merefleksikan kalimat tadi dalam kehidupan Indonesia khusunya, pemerintahan Jokowi-JK. Tepat hari ini (20 Oktober 2014) adalah genap 1tahun pemerintahan Jokowi-JK. Lewat pemilu langsung yang berlangsung sengit, pasangan Jokowi-JK dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Saat keduanya mengucapkan sumpah jabatan, Jokowi-JK "diarak" dari gedung DPR-MPR menuju Istana Negara bersama rakyat (sebagian besar warga Jakarta). Tentu harapan rakyat Indonesia sangat besar, Jokowi-JK membawa angin segar dan perubahan positif setelah era Presiden SBY jilid II tidak terlalu memuaskan. Janji-janji Jokowi-JK tergambarkan melalui visi "NAWACITA". Kini sudah genap 1 tahun pemerintahan Jokowi-JK bagaimana kinerjanya?
Saya berusaha sejujurnya dan seobjektif mungkin dalam penulisan ini dengan mengumpulkan informasi media massa meskipun, tidak dapat dipungkiri sudut pandang saya juga ada. Dalam satu tahun pemerintahan Jokowi-JK terjadi banyak kebijakan-kebijakan. Efek dari kebijakan ada dirasakan positif ataupun negatif dari rakyat. Media massa Indonesia kebanyakan pada edisi 1 tahun pemerintahan Jokowi-JK adalah evaluasi mendalam apa saja kekurangan yang perlu diperbaiki. Hal pertama adalah hubungan politik dengan partai pendukung. Hubungan Jokowi dengan partai pendukungnya bisa dibilang "complicated". Dibanding partai non-pemerintahan, Jokowi lebih disibukan dengan "cakar-cakaran" antar partai pendukungnya. Hubungan yang kurang harmonis ini akhirnya berimbas pada efektivitas kabinet. Bukti sahihnya adalah tumpang tindih penyataan antara Presiden dan Menteri. Presiden berkata "A" namun dilain waktu Menteri yang bersangkutan berkata "B". Hal ini tidak hanya terjadi sekali-dua kali saja namun, tumpang tindih tersebut agak berkurang setelah reshuffle kabinet. Masalah lain dari komunikasi politik Jokowi dengan partai pendukungnya adalah "bagi jatah". Dimasa-masa kampanye Jokowi-JK berjanji membangun kabinet yang profesionalisme (bahasa orang awam, tanpa diisi orang koalisi), terdengar manis? Tentu saja bahkan ibu saya juga terpukau. Tapi, menurut saya janji seperti itu adalah sebuah khayalan tingkat tinggi yang tidak akan 100% terbukti. Kenyataannya kabinet Jokowi-JK diisi oleh para kolega dari partai pendukungnya dan hanya sebagian kecil berasal dari akademisi non-partai. Saya merasa terkejut ketika nama Puan Maharani masuk dalam jajaran kabinet Jokowi-JK (merasa lebih aneh lagi ketika nama dia tidak termasuk dalam reshuffle) terlebih lagi, Puan berada di Menteri Koordinator. Tidak hanya jabatan menteri yang diobral pada partai pendukungnya, jabatan seperti Jaksa Agung, Kepala BIN, dan jabatan eksekutif di BUMN juga banyak diisi kolega dari partai pendukung. Beberapa elit partai non-pemerintahan menganalisis bahwa hal itu wajar karena pengorbanan partai pendukung Jokowi-JK selama masa pemilu.
Hal kedua yang perlu dibenahi pemerintahan Jokowi-JK adalah komunikasi politik ke publik. Entah sudah berapa kali saya mendengar soal wacana-wacan yang meresahkan rakyat (terakhir yang membuat resah saya adalah mencopot subsidi gas 3Kg). Jokowi dan para menterinya harus belajar lebih banyak soal melempar wacana kepada publik karena, seringkali isu atau wacana ini justru meresahkan masnyarakat karena ketidakjelasan dari pemerintah. Sementara ini yang paling hangat adalah sikap Jokowi dalam Revisi UU KPK (upaya pelemahan KPK). Juni lalu Presiden menolak usulan revisi UU KPK tapi, tidak ada pernyataan seperti surat pada DPR ataupun ketetapan Presiden untuk mencabut/menolak revisi UU KPK. Ya akibatnya 6 fraksi pengusul UU KPK diganti melobi Presiden kembali. Meskipun Presiden memutuskan menunda, rakyat menilai bahwa Jokowi orangnya plin-plan dalam upaya penegakan hukum khususnya KPK.
Hal ketiga tentu saja EKONOMI, suatu hal yang berurusan dengan perut orang banyak. Pemerintahan Jokowi-JK dan pembantunya menteri keuangan benar-benar tidak menahan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika. Pasca krisis ekonomi dunia 2008, amerika memang gencar melalukan paket kebijakan dan stimulus yang mencapai miliaran dollar. Kebijakan menunai hasil dengan kuatnya kembali dollar amerika terhadap nilai tukar negara asing salah satunya Rupiah Indonesia. Saya tidak banyak membaca soal kolom ekonomi namun faktor lain adalah devaluasi mata uang Yuan Cina ikut berperan dalam pelemahan nilai tukar Rupiah. Sejauh ini pemerintah Jokowi mengeluarkan kebijakan berupa paket. Apakah berhasil dilihat saja karena, banyak kolom analisis keuangan mengatakan paket kebijakan moneter Jokowi hanya bersifat minor. Bagaimana pengaruh ekonomi bagi saya sebagai orang awam? Tentunya banyak kebutuhan harga pokok meningkat dan itu menurut saya tidak bagus.
Hal keempat atau terakhir menurut saya adalah masalah tanggap respon. Kalau hal ini sepertinya Jokowi-JK sedang diuji diakhir 1 tahun pemerintahan pertamanya dengan kabut asap dan kebakaran hutan. Bisa dibilang tahun ini adalah tahun terparah kabut asap dan kebakaran hutan. Ditambah lagi fenomena el nino atau hawa panas ekstrem sedang singgah di Indonesia untuk tahun ini. Sebenarnya persoalan asap dan kebakaran hutan ini adalah perkara musiman namun, tidak pernah dapat terselesaikan bahkan tetangga singapore dan Malaysia juga terkena imbasnya. Media massa dan media sosial mengkritik soal tanggap respon dari Presiden Jokowi. Banyak netizen mengungkapkan kekecewaan pada Presiden karena lambat respon sehingga kabut asap masih mengepung di beberapa provinsi. Okelah kalau urusan politik mungkin bisa ditunda satu-dua hari tapi, masalah kehidupan orang banyak sebaiknya Presiden Jokowi mulai membiasakan bertindak cepat bila perlu, membentuk satgas tanggap respon untuk membantu menyelesaikan masalah secara cepat dan tepat.
Mungkin itu saja refleksi terhadap satu tahun pemerintahsan Presiden Jokowi dan Wapres JK. Memang saat ini banyak hal yang harus dikerjakan dan diperbaiki secara cepat, politik, hukum, ekonomi, sosial adalah sedikit contoh permasalahan yang sedang dihadapi. Jokowi juga harus menunjukan bahwa ia memang Presiden, tegaslah!! Meski ada hadangan dari dalam Anda harus tegar dan menunjukan bahwa Anda adalah the Alpha (pemimpin) jika memang demi kebaikan rakyat Indonesia harus dilakukan apapun resikonya. Jangan sampai perkataan Confusius tentang Jokowi terbalik "Semakin banyak hal buruk ditahun pertama, makin banyak keburukan ditahun ketiga" Salam dan Have a nice day
Komentar
Posting Komentar