Langsung ke konten utama

e-Sport Sebagai Masa Depan Gaming

Pernahkah diantara kalian yang mengenal e-Sport? Adakah nama tersebut mirip dengan surat elektronik atau biasa kita sebut e-mail? e-Sport atau Elektronic Sport adalah komunitas gaming yang saling berkompetisi layaknya sebuah pertandingan olahraga yang sportif, baik individual maupun sebagai tim. e-Sport bukanlah barang baru namun, penyelenggaraan acara e-Sport belum cukup besar dan mendunia sehingga beberapa orang awam belum mengetahui eksistensinya.

Multiplayer adalah Kuncinya
Industri game modern saat ini sepertinya sangat sulit menolak pesona mode multiplayer. Bahkan kasul keluaran ubisoft, Rayman Legend juga memberikan pengalaman multiplayer. Pengalaman bersama dengan gamer lain menjadi momen yang unik karena bisa menjadi referensi gaya bermain tiap-tiap gamer. Perkembangan mode multiplayer tentu berasal dari kemajuan internet yang kini semakin baik secara akses publik dan kecepatan yang mendukung kerja multiplayer. Tanpa akses internet mustahil rasanya dapat melakukan gaming secara multiplayer bersama dengan teman sepermainan kita.

Namun patut diingat tidak semua game yang memfasilitasi multiplayer mempunyai ciri khas sebagai e-Sport yang kompetitif dan jangan lupa tidak ditembus "cheat". Franchise game besar seperti Call of Duty, Battlefield dan Game lainnya memang menawarkan sebuah mode multiplayer yang asyik tetapi, untuk menjalankan multiplayer tersebut dan menikmati bersama penikmat game dari penjuru dunia tidak mudah. Apalagi Indonesia dengan iklim game bajakan yang beredar luas dan tanpa kontrol sulit sekali tidak memungkinkan mode multiplayer berlangsung. Hal itu terjadi karena pihak develomper semakin pintar dalam memerangi game bajakan. Salah satunya mematikan mode multiplayer secara otomatis jika terdeteksi game bajakan. Develomper kini memakai server mereka sendiri dan mengharuskan tiap gamer mendaftrakan akun serta memasukan product key untuk membuka mode multiplayer tersebut. Apakah gamer Indonesia bisa melakukan tersebut? Membeli game original yang terbilang tidak murah, 30-60 U$? Sayangnya sedikit sekali yang dapat melakukannya dan itupun dapat dihitung dengan jari tangan.

Free to Play but not Pay to Win
Jadi adakah harapan bagi gamer Indonesia yang kebanyakan memakai game bajakan untuk merasakan e-Sport secara luas? Ya, jawabannya free to play. Free to play adalah game yang diberikan secara cuma-cuma kepada gamer tanpa sepeser-pun dan kebanyakan game free to play adalah game multiplayer/online. Dengan meninjau iklim pembajakan Indonesia yang masih tinggi game free to play setidaknya aman dari kejaran pembajakan. Tetapi percayakah kita bahwa semua game free to play itu benar-benar "gratis" untuk dimainkan? Bisa iya, bisa tidak. Untuk mendapatkan game memang tidak dipungut biaya cukup download dari pihak pemilik. Tetapi bisa juga setelah beberapa saat kita mainkan ternyata tidak sepenuhnya gratis. Ada saat kala kita harus menghadapi rintangan yang tidak bisa kita lalui. Disaat seperti itulah pihak pemilih game free to play menawarkan item-item yang mempermudah melawan rintangan sulit tersebut? Tentu saja item-item ini didapatkan dengan membayar sejumlah uang (saya masih ingat ketika memainkan point blank pertama kali, langsung dihajar para pengguna senjata berbayar). Tentu saja bila kita membeli item tersebut kita lebih mudah menang namun, jika tidak berniat membelinya gap permainan menjadi lebih lebar. Lebih parahnya lagi beberapa develomper free to play tidak punya malu untuk terus memunculkan iklan pop-up item-item. Karena itu ada plesetan pay for win. Pay for Win tidak hanya menyebalkan namun, juga bisa merusak sportifitas dari e-Sport. Untungnya masih ada game yang wajar. Wajar dalam artian mereka masih menjual item-item namun, tidak mempengaruhi unsur kompetitif dari e-Sport.

Game e-Sport
Banyak game multiplayer yang memiliki ciri-ciri yang bisa dikategorikan e-Sport. Jika game orisiginal berbayar ada franchise Battlefield, Titanfall, dan The Division yang akan keluar ditahun depan 2015. Game Titanfall dan The Division yang paling mencerminkan semangat e-Sport. Kompetitif, Massive Multiplayer, dan yang paling terakhir dan tak kalah penting anti-cheat.
Sedangkan untuk game free to play yang paling sering dimainkan orang Indonesia Counter Strike (CS) dan DOTA2. rkTerutama nama DOTA2 sebagai pengguna terbanyak dunia, Dota2 memang memperjual belikan item namun, item tersebut tidak akan merubah jalannya pertandingan.

Kebangkitan e-Sport
Jauh sebelum tahun 2011, game multiplayer/online terbatasi dengan internet sehingga banyak remaja sehabis pulang sekolah menghabiskan 1-2 jam untuk bermain online di warnet dan waktu itu kami bermain sekadar senang-senang. Jika punya motivasi lebih mungkin, hanya cuma ingin membuktikan kalau kami kompetitif jika bersama gamer lain. Tahun berlalu dan internet semakin maju sehingga memungkinkan kami bertemu para gamer dari luar daerah.Tidak lama setelahnya muncul benih-benih e-Sport dengan ada turnamen sayangnya karena banyak masnyarakat awam dan  parahnya lagi hadiah juga belum pasti nominalnya. Seiring waktu akhirnya ada turnamen bertingkat yang mencapai puncaknya di partai bertaraf internasional.

Sampai ditahun 2011 Valve mengadakan turnamen internasional Dota2 dengan bekerja sama dengan produsen perangkat elektronik ternama dan donatur dari seluruh dunia hingga terkumpul 1,6 juta U$ untuk total hadiah dan juara pertama diberi hadiah 1 juta U$. Pada saat itu total hadiah tersebut tersebesar yang pernah ada untuk e-Sport
TIm na'vi juara 1, di Dota2 Internasional 2011 mereka berhak mendapatkan hadiah utama 1 juta U$

Tentu saja dengan total hadiah yang tergolong besar tersebut nasib e-Sport langsung menuju puncak popularitas. Hal ini memberikan dampak bagi sebagian gamer karena, saya yakin dibalik hati kecil mereka ada sosok inspirasi dari gamer profesional yang memenangkan hadiah uang yang besar dari bermain game. Padahal orang tua selalu berpikir game tidak akan mendapatkan penghasilan apa-apa. Saya yakin beberapa diantara gamer kini bermain multiplayer/online tidak lagi sekadar bermotif mencari kesenangan ataupun membuktikan dirinya kompetitif lagi. Lebih daripada itu, mereka ingin membuktikan sebagai gamer profesional terbaik didunia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Right Ones not The Best One

Apa yang membuat seorang pemimpin sukses di perusahaan/organisasi tempat ia berada? Karisma, Leadership, Visi? Tentu tapi, pemimpin yang baik juga mampu mengolah potensi setiap anggotanya. The Right Ones not The Best One, itu adalah kata-kata yang saya dengar pertama kali dalam film Miracle. Sebuah film yang mengisahkan perjuangan timnas hoki AS 1980 yang beranggotakan sekelompok mahasiswa dan memenangkan medali emas di olimpiade musim dingin. Namun saya tidak akan membicarakan film tersebut. Apa yang dibahas adalah bagaimana seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk menggali setiap potensi anggotanya. Pengalaman ini saya dapatkan ketika menjadi kepala suatu departemen dalam Unit Kegiatan Mahasiswa di Universitas. Satu momen yang begitu krusial ketika menjalankan bagian organisasi tersebut adalah momen pemilihan anggota/seleksi. Layaknya tahapan seleksi kerja, ada proses interview. Pada proses ini saya menggali tiap kepribadian tiap-tiap aplikan yang sesuai dengan ...

Pemenang dan Pecundang di Bisnis TI (bagian 2-selesai)

Sebelumnya saya membahas para pemenang bisnis TI, Amazon, Google, Samsung, Apple, dan Cisco. Mereka berhasil memenangkan persaingan saat ini karena inovasi tiada henti dari mereka. Pasti beberapa diatara pembaca sekalian bertanya. Kenapa tidak ada nama seperti Facebook, Microsoft, eBay. Berikut adalah jawabannya. Facebook jejaring sosial ini meskipun mempunyai pengguna mencapai 1 miliar dan bernilai miliaran dolar. Facebook sangat rentan jatuh. Penyebabnya? Facebook masih belum memiliki model bisnis yang berkelanjutan dan minim inovasi. Microsoft  entah karena telah Bill Gates, Microsoft berulang kali mengeluarkan keputusan yang tidak meyakinkan. Windows 8 boleh dibilang salah satu contohnya. Windows 8 yang mengusung dua versi tidak hanya membingungkan calon konsumen namun juga mempertanyakan eksistensi Microsoft di peran Sistem Operasi masa depan. Keputusan lainnya adalah menjawab layanan cloud dan ancaman produk office lain. Ebay dibandingkan Amazon, ebay mengalami masalah ...

Apple iOS (Mulai) Membosankan

Sistem Operasi Smartphone iOS milik Apple kini mulai dikritik para penggunanya. Sistem yang sudah bertahan hingga seri ke-6 dan selalu diklaim Apple sebagai OS tercanggih, sebaiknya mulai mempertimbangkan konsumen dan analis yang sudah bosan dengan sistem operasi tersebut. Umumnya konsumen dan analis mempunyai beberapa jawaban yang sama yang mengarah pada kejenuhan iOS. Kejenuhan yang dialami konsumen dan faktor mulai membosankannya sistem ini antara lain 1. Ditinggal Steve Jobs Bukan faktor utama namun, wafatnya steve jobs berpengaruh pada visi Apple pada pengembangan iOS. Tim Cooks penggantinya bukanlah orang tidak buruk namun, ia mempunyai visi yang berbeda dari Jobs. Semasa Jobs memimpin Apple, ia memposisikan iOS sebagai pionir smartphone. Jobs mampu membuat konsumen seakan "berlari-lari" mengejar iOS dan iPhone. Oleh karena itu pengguna iPhone sangat fanatik tidak peduli dengan kehadiran smartphone lainnya. Tim Cooks penggantinya, sepertinya tidak mewarisi ke...