Pemerintah Indonesia tinggal menunggu tanggal untuk memustuskan menaikan tarif BBM. Untuk Bahan Bakar jenis Premium tarif menjadi Rp.6500/liter sedangkan jenis Solar menjadi Rp5.500/liter. Kenaikan BBM diwarnai sejumlah protes dan unjuk rasa. Bahkan ada ancaman mogok nasional oleh para buruh.
Kita sebagai masnyarakat juga sudah mengetahui bahwa isu kenaikan BBM adalah isu yang sangat sensitif. Dan setiap kenaikan BBM selalu diwarnai gelombang protes oleh beberapa kalangan masnyarakat. Permasalahannya sekarang dan kemudian hari bukan tarif kenaikan BBM tapi "timing" atau pemilihan waktu untuk kenaikan BBM.
Hal pertama yang kita harus ingat adalah BBM (minyak bumi) adalah jenis Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbarui yang suatu hari pasti ketersediaannya pasti habis. Seiring dengan sedikit sumber minyak dan permintaan yang tinggi, harga minyak di pasaran akan terus mengalami kenaikan. Inilah yang menjadi alasan untuk menaikan tarif BBM. Indonesia saat ini memproduksi minyak bumi 900rb barrel/hari tetapi penggunaannya mencapai 1,4 juta barrel/hari sehingga harus mengimpor minyak dari luar.
Setiap kenaikan tarif BBM memang sudah menjadi pemandangan jamak adanya protes dan terkadang diwarnai ancaman mogok nasional. Tapi toh, kehidupan terus berjalan seperti normal setelah protes selesai. Sekarang kondisinya berbeda dibanding tiap kenaikan BBM sebelumnya. Kondisi perpolitikan begitu gelap saat ini. Kepercayaan publik terhadap partai politik khususnya mereka yang parpol koalisi terkait masalah hukum korupsi. Terlebih tahun 2013 adalah kesempatan terakhir parpol untuk menggalang kepercayaan masnyarakat untuk pemilu 2014. Kondisi tersebut menyebabkan kenaikan BBM semakin "muatan politis" begitu kuat. Ada kepentingan parpol untuk sukses pemilu tahun tahun depan.
Kesalahan lainnya adalah kenaikan tarif BBM berdekatan dengan bulan Ramadhan dan disaat kebutuhan bahan pokok tinggi. Indonesia masih dipengaruhi kebutuhan BBM yang begitu besar sehingga kenaikan BBM akan berdampak efek domino terhadap harga kebutuhan pokok. Parahnya meski tanpa kenaikan BBM harga kebutuhan pokok jelang hingga bulan Ramadhan mengalami lonjakan apalagi sekarang dibarengi oleh tarif BBM yang naik.
Tapi paling fatal, selain kebijakan BBM adalah pemberian BLTS (Bantuan Langsung Tunai Sementara). Saya paling anti-kebijakan BLTS. Meski tujuannya untuk meringankan keluarga miskin di Indonesia tapi caranya tetap salah. BLTS justru ditakutkan menjadikan rakyat makin bodoh secara politik dan moral. Moral yang dibentuk akhirnya menjadi moral pengemis untuk menyambung hidup. Kecerdasan politik untuk rakyat miskin makin dibuat tumpul karena kebijakan ini ibarat money politic berkedok uluran tangan. Saya lebih memilih kebijakan pemberian bantuan melalui pemerataan pendidikan, transportasi, kesehatan, dan pemberdayaan keluarga miskin. Proses lama namun, itu akan menjamin setidaknya meski BBM naik kembali (yang saya harapkan tidak akan terjadi segera) negara sudah siap menangani permasalahan keluarga miskin di Indonesia.
Kesalahan lainnya adalah kenaikan tarif BBM berdekatan dengan bulan Ramadhan dan disaat kebutuhan bahan pokok tinggi. Indonesia masih dipengaruhi kebutuhan BBM yang begitu besar sehingga kenaikan BBM akan berdampak efek domino terhadap harga kebutuhan pokok. Parahnya meski tanpa kenaikan BBM harga kebutuhan pokok jelang hingga bulan Ramadhan mengalami lonjakan apalagi sekarang dibarengi oleh tarif BBM yang naik.
Tapi paling fatal, selain kebijakan BBM adalah pemberian BLTS (Bantuan Langsung Tunai Sementara). Saya paling anti-kebijakan BLTS. Meski tujuannya untuk meringankan keluarga miskin di Indonesia tapi caranya tetap salah. BLTS justru ditakutkan menjadikan rakyat makin bodoh secara politik dan moral. Moral yang dibentuk akhirnya menjadi moral pengemis untuk menyambung hidup. Kecerdasan politik untuk rakyat miskin makin dibuat tumpul karena kebijakan ini ibarat money politic berkedok uluran tangan. Saya lebih memilih kebijakan pemberian bantuan melalui pemerataan pendidikan, transportasi, kesehatan, dan pemberdayaan keluarga miskin. Proses lama namun, itu akan menjamin setidaknya meski BBM naik kembali (yang saya harapkan tidak akan terjadi segera) negara sudah siap menangani permasalahan keluarga miskin di Indonesia.
Saya bukan pendukung kenaikan BBM tapi, bersikap realitis saja. BBM naik terus itu sudah takdir (kecuali suatu keajaiban, minyak bumi terisi kembali penuh). Permasalahan dari kenaikan BBM adalah waktu/pengumumannya yang kini salah. Berada saat menjelang hari raya dan harga serta kebutuhan kebutuhan pokok yang tinggi adalah salah satunya.
Komentar
Posting Komentar